Kriiing.... kriiing..... suara alarm
membangunkanku. Pagi ini adalah pagi pertama ku diawal semester 3. Aktifitas
baru mulai aku susun secara sistematis. Hal ini aku lakukan agar membuatku
lebih tertata. Karena aku ingin mengubah kebiasaanku yang acak-acakan dan serba
tidak teratur. Selain kegiatan kuliah, aktifitasku bertambah dengan aku
mengikuti kegiatan kemahasiswaan di kampus.
Pagi ini aku harus berlari mengejar
bus kota. Sudah yang ketiga kalinya aku tertinggal bus menuju kampus. Akupun
harus bersabar menunggu untuk kedatangan bus kota berikutnya. Saat itu aku
mulai cemas karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, perkuliahan di
mulai pukul 07.00. Tak berapa lama menunggu, bus kota pun datang. Aku segera
menaikinya dan berharap datang tepat pada waktunya. Ternyata prediksi ku
meleset, aku pun terlambat sampai di kampus, aku berlari menyusuri koridor
sepanjang kampus untuk menemukan kelasku.
Ketika aku mengetuk pintu kelas,
dadaku terasa sesak. Karena nafasku yang belum teratur. Aku masih
terengah-engah dan berkeringat. Dosen dan teman-teman sekelasku merasa heran.
Tiba-tiba ada seorang teman yang memberiku tissue dan sebotol air mineral. Dia
adalah Rendra Ramadhan, teman yang membantuku dalam mengingat-ingat semua jadwal
perkuliahanku selama ini.
“ Manda Ayudia..., sudah berapa kali
kamu terlambat?” tanya Pa Herman.
“ Dua kali pa” jawab Manda.
“ Bapa harap kamu tidak terlambat
lagi. Karena keterlambatan mu ini membuat teman-teman terganggu dan kamu pun
merasa dirugikan karena tidak mengikuti perkuliahan Bapa dari awal. Siap?”
“ Baik, Pa. Saya tidak akan
mengulanginya lagi.”
Aku merasa lega karena Pa Herman
tidak menceramahiku seperti saat itu. Setelah perkuliahan hari ini selesai, aku
harus mengikuti rapat mingguan di gedung PKM. Sebenarnya aku sudah merasa
jenuh. Tapi saat sosok itu muncul, aku teringat akan mimpiku sebelumnya. Seperti
sesuatu yang pernahku alami sebelumnya. Entah mengapa sejak pertama dia
menghampiriku, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengan sikapnya beberapa
minggu lalu saat rapat. Perhatiannya pun jauh berbeda dari sebelumnya. Aku
selalu merasa salah tingkah saat di dekatnya. apakah ini pertanda bahwa aku
mulai merasakan jatuh cinta kembali setelah sekian lama aku tak merasakannya???
Setelah itu kedekatan kita pun
berlanjut, hingga suatu hari di saat aku sedang mempersiapkan perlengkapan upacara,
tiba-tiba dia menghampiriku dan menyatakan apakah aku bersedia menjadi
pacarnya? Aku kaget saat dia mengungkapkannya padaku. Dalam hati aku berkata, “
inilah yang aku tunggu selama ini darimu”. Sebelum aku menjawabnya, dia seperti
sudah mengetahui apa yang akan aku katakan. Dia mengerti akan isyarat yang aku
berikan.
Sebenarnya aku masih ragu saat itu.
Dan keraguan ku itu benar terbukti, dimana saat kami sedang sibuk mengurusi
anak-anak yang sakit, dia terlihat hanya mengurusi satu orang saja. Sejenak aku
berfikir, mungkin dia adiknya atau mungkin dia kekasihnya, entahlah. Aku mulai
menyelidiki akan kebenarannya. Teman-teman aku pun berkata demikian selama
beberapa minggu terakhir ini. Disisi lain dia menunjukkan perhatiannya padaku,
begitu pun denganku. Sebulan pun berlalu, semuanya masih berjalan dengan baik.
Aku mulai mengubah kebiasaannya yang tidak bisa bangun pagi untuk bangun pagi.
Karena sebelumnya, aku sering melihatnya terlambat datang ke kampus. Kini dia
mulai terbiasa untuk bangun pagi. Aku merasa bahagia, karena aku telah
membuatnya berubah demi kebaikannya sendiri.
Di saat aku membutuhkan sebuah
penjelasan mengenai yang gadis besamanya
saat malam itu padanya, justru dia yang menceritakannya kepadaku. tanpa harus
aku bertanya pun, dia sudah memberikan penjelasannya padaku. seolah dia dapat
membaca pikiranku. Seperti saat itu, ada kelegaan tersendiri mendengarnya.
Seperti semuanya telah terjawab sudah.
Saat aku sedang menunggu Rhena,
Dinda dan Rendra di pelataran masjid, dia datang menghampiri ku dan menemani ku
sambil menunggu kedatangan teman-teman ku. Aku saja heran, kenapa dia bisa tahu
kalau aku sedang berada disana.
“ Hai.. lagi baca apa? Ko sendirian
aja?” tanya Ka Rangga.
“ Emm... lagi baca novel karangan
Andrea Hirata. Jalan ceritanya benar-benar memberikan semangat untuk meraih
mimpi yang kita inginkan. Sambil nunggu teman, daripada ngelamun, mending baca
novel aja. Kaka sendiri tidak ada kuliah?”
“ Oh... Kaka ada kuliah jam 10.
Bukannya kamu kuliah jam 8 ya? Kenapa masih disini? Ke kelas gih! ntar telat
lho ...”
“ Iya, ka. Ini masih nunggu teman
yang lainnya. Kita janjian disini.”
“ Dhe, itu temannya manggil. Kaka
mau ke kantin dulu ya? Ntar siang jangan lupa makan. Cepet ke kelas gih! ntar
telat lagi...”
“ Iya, ka. Makasih udah ngingetin”
jawab Manda seraya berlalu menghampiri Rhena.
Teman-teman ku menyindirku seolah
mereka tak percaya bahwa seorang Manda, cewe tomboy bisa jatuh cinta juga pada
seorang cowo yang bisa di bilang kerenlah. Sindiran itu berlangsung hingga
kini. Tak terasa sudah tiga bulan kita menjalin hubungan. Kini aku mulai
merasakan ada perubahan pada dirinya. Perhatiannya mulai berkurang, itulah yang
aku rasa beberapa minggu terakhir ini. Kadang aku berfikir, “apakah aku membuat
kesalahan padanya? Apakah dia mulai merasa jenuh denganku? apa yang sebenarnya
terjadi?” pertanyaan-pertnyaan seperti itu yang muncul dalam benak ku.
“ Da, kamu sakit? Dari tadi aku
perhatikan kamu diam saja. Seperti ada yang disembunyikan?” tanya Rhena.
“ Aku sehat-sehat saja ko. Lagi
ingin sendiri. Aku harus instropeksi diri. Karena beberapa hari terakhir ini dia
tak menghubungi ku lagi” jawab Manda dengan nada parau.
“ Cerita dong sama kita, mungkin
kita bisa bantu” ujar Rendra.
“ Thank you. Kalian udah care sama
aku. Kalian punya tempat yang bisa bikin aku tenang?”
“ Gimana kalau weekend ini kita ke
Lembang. Kita kemah trus foto-foto deh” ungkap Dinda.
“ Boleh juga tuh!” seru Rhena.
“ That’s good idea. Aku hubungi dulu
teman aku yang rumahnya di lembang. Jadi dia yang ngurus perlengkapan kita”
papar Manda.
Mendung yang menyelimuti suasana
hati ku, kini telah berganti dengan datangnya mentari yang mengembangkan kembali
senyum ceria ku. “Bonne courage Manda” mungkin itu kata-kata yang selalu aku
teriakan dalam hati saat aku merasa sendiri. Aku tak sendiri lagi. Banyak
teman-teman di sekeliling yang mendukungku. Tak ada gunanya lagi aku menangisi
semuanya.
Aku butuh penjelasan untuk itu. Aku
coba hubungi dia, tak ada jawaban juga. Hal ini sungguh membuat ku bingung.
Harus bagaimana lagi aku menghadapinya. Aku selalu mendukung apa yang dia
lakukan. Tapi disaat aku membutuhkannya, dia seolah menghilang tanpa kabar.
justru teman-temanku yang banyak menghiburku agar aku tidak terlalu
memikirkannya dan berhenti untuk menangis karenanya. Sesungguhnya bukan hal
seperti ini yang aku inginkan. Karena keadaan juga yang memaksa ku untuk
memilih dan ini adalah konsekuensi dari pilihan yang aku ambil. Aku
menyerahkannya pada Tuhan bagaimana akhir dari cerita ini.
Awal yang indah akan berakhir indah
pula. Sebaliknya mungkin saja terjadi. Kini kita hanya memilih salah satunya
saja dan bagaimana cara kita untuk menjalaninya dan membuatnya menjadi indah.
Akankah
Manda mendapat perhatiannya kembali dari Ka Rangga? Atau Manda memilih untuk
melepaskan Ka Rangga demi kebaikan keduanya? Dan apa mungkin hubungan mereka
akan kembali seperti dulu?
Please
give your choise and your reason to solve this story...
No comments:
Post a Comment