Tuesday 24 February 2015

Adera - Di antara kita

Saat lelah ku mencari
Cinta yang tak kunjung datang
Kau slalu ada di sini, di depan mataku
Tempat untukku berbagi
Perasaan cinta yang tersimpan
Namun tak ku duga, kaulah yang ku tunggu

Canda kita tetap sama, tawa kita tak berubah
Namun ada yang berbeda, ku rasakan itu
Dari tatapan matamu yang bicara
Ada sesuatu di antara kita

Bila butiran asmara itu sudah ada
Tumbuh di antara kita
Biarkan saja dia berbunga
Ku harap kau rasakan apa yang ku rasa
Sungguh aku tak kuasa
Menahan rasa di dada

Jangan kau dustai hati, bila semua tlah terjadi
Sudahlah nikmati saja, keadaan ini
Namun sungguh tatapanmu yang bicara
Ada sesuatu di antara kita

Friday 20 February 2015

Surat dari Anak Pelosok Negeri

Selamat pagi Kakak ....


Perkenalkan nama saya Arifin Nubatonis. Saya merupakan salah satu murid kelas V di SD Inpres Siumolo. Kakak tahu ko Siumolo itu di mana? Sekolah saya berada di Desa Tuakau, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kalau kata Ibu Guru SM-3T, sekolah saya itu termasuk dalam kategori 3T, yaitu Terluar, Terdepan, dan Tertinggal. Kakak, saya mau bercerita sedikit tentang kondisi sekolah dan lingkungan di sini. Kakak, setiap hari saya berangkat menuju sekolah dengan berjalan kaki sejauh 2,5 km. Jalan yang berbatu dan berdebu saya lalui setiap harinya tanpa menggunakan sepatu. Kadang saya tak menggunakan alas kaki ketika musim hujan tiba seperti saat ini. Jalan yang saya lalui menjadi penuh lumpur. Kendaraan yang biasa berlalu-lalang tidak akan ada yang lewat untuk sementara waktu. Adakalanya musim hujan membuat sekolah saya diliburkan karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk dilewati dan juga sungai dekat sekolah meluap. Sebulan yang lalu sekolah hampir diliburkan seminggu karena hanya beberapa orang saja yang datang ke sekolah.

Sekolah saya berada di dusun terakhir di Kecamatan Fatuleu Barat, paling ujung dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Amfoang Barat Daya. Lantai ruang kelas saya yang hanya dilapisi semen sudah hancur. Setiap pagi saya bersama teman-teman secara bergantian mengambil air dalam jerigen bekas minyak goreng untuk menyiram lantai dan teras depan kelas agar tidak berdebu. Di sekolah saya masih menggunakan papan tulis hitam dan kapur yang cukup menghasilkan debu di ruang kelas. Terkadang Ibu Titin batuk-batuk dan bersin bila terkena debu kapur. Bahkan saat awal mengajar di sekolah saya, beliau terkena flu dan batuk sampai satu bulan. Papan tulis hanya terdapat di kelas dua sampai kelas enam, sedangkan ruang kelas satu tidak ada papan tulis. Buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah juga tidak lengkap. Termasuk buku-buku pelajaran. Hampir semua kelas kekurangan buku-buku pelajaran. Saya menerima pelajaran dengan sumber buku seadanya dan jumlahnya pun terbatas. Sekarang buku-buku pelajaran sudah mulai bertambah. Itu berkat kiriman buku dari BEM REMA UPI Kampus Cibiru Periode 2014. Semua buku di bawa oleh Ibu Titin.

Kakak, meskipun sekolah saya berada jauh dari kota, saya bersemangat untuk bersekolah di tengah keterbatasan. Tetapi saya ingin mempunyai banyak buku pelajaran ataupun buku bacaan di perpustakaan sekolah seperti sekolah-sekolah yang ada di Jawa. Saya juga berdoa semoga mendapatkan Guru SM-3T lagi di sekolah. Karena beliau-beliau tidak kenal lelah dalam mendidik dan mengajarkan saya bermacam-macam hal di tengah keterbatasan. Terima kasih Kakak sudah meluangkan waktu untuk membaca surat dari saya. Kalau kakak mau menyalurkan bantuan bisa kontak Ibu Titin di akun twitternya @titinkomalasari atau akun twitter Guru SM-3T Kabupaten Kupang @SM3T_UPIKupang4 untuk memperoleh informasi lebih lanjut. 

Wednesday 18 February 2015

Bu, beta ju mau pi sekolah


Gadis kecil ini bernama Fendelina Nenobahan. Dia merupakan murid kelas VI di SD Inpres Siumolo Desa Tuakau Kecamatan Fatuleu Barat Kabupaten Kupang. Sudah hampir 2 bulan dia tidak bersekolah karena sakit. Menurut penuturan neneknya, dia tidak dapat berjalan semenjak tanggal 24 Desember 2014. Pada awalnya kaki Fendelina bengkak, sehingga tidak dapat menggerakkan kakinya. Tak lama kemudian, tanganya juga tidak dapat digerakkan. Seperti penderita stroke. Bila hendak ke buang air, dia harus di gendong ke kamar mandi. Badannya semakin kurus. Ini merupakan kunjungan saya yang kedua ke rumah Fendelina bersama teman sekelasnya. Saya membawakan rangkuman materi IPA, Matematika dan Bahasa Indonesia. Agar dia dapat belajar di rumah. Kondisi dia sekarang sudah dapat berjalan, walaupun harus dipapah untuk berjalan. Tangan dan kakinya dapat digerakkan sedikit demi sedikit. Namun lehernya tidak dapat menengok ke kanan ataupun ke kiri. Semoga kamu cepat sembuh, nak. Supaya dapat kembali bersekolah dan mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan dari sekolah dasar.