Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB, sudah saatnya untuk kembali pulang sebelum datangnya gelap. Hujan di luar pun sudah reda, namun masih ada rintik-rintik air yang membasahi pipi. Oh, iya aku ingat kalau kamu begitu cemburu pada air hujan yang langsung mengenai pipi ini. Langkahku terus melangkah menelusuri jalan hingga tak terasa sudah berada di shelter tempat aku menunggu kedatangan bis yang biasa aku tumpangi. Biasanya aku bisa bersantai setiap kali berada di dalam bis, namun kali ini sedikit berbeda. Aku harus bergeser ke kanan ataupun ke kiri untuk menjaga keseimbangan. Akupun kembali melangkah menelusuri kemacetan jalanan sore Kota Kembang. Jalanan begitu basah dan terlihat banyak kubangan air di tepian jalan. Sejenak langkahku terhenti ketika melihat selokan yang penuh dengan sampah-sampah plastik. Bahkan trotoar tempat para pejalan kaki pun dipenuhi dengan sampah. Sungguh miris melihatnya. Dimanakah kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya? Coba direnungkan dan lakukan tindakan untuk mengatasinya. Sampah, banjir, dan kemacetan, begitu kompleks. Aku kembali meneruskan perjalanan hingga melewati pasar dengan segala hiruk-pikuknya. Sungguh aku tak mempedulikan betapa kotornya, AKU. Aku baru menyadarinya mana kala aku menghentikan langkahku tepat di depan rumah. :’)
kemacetan sepanjang jalan menuju pasar kordon
Sampah yang memenuhi selokan
Sampah yang berada di trotoar
Inilah AKU yang kotor :p
No comments:
Post a Comment