Saturday 28 June 2014

Yogyakarta – Solo – Boyolali Part 1

21 Juni 2013, satu tahun berlalu setelah dinyatakan lulus dan menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dibelakang nama. Itu sudah berlalu kawan. Euforia sidang skripsi dan yudisium masih kental dalam ingatan. Pada hari ini di tanggal dan bulan yang sama, saya melepaskan semua segala keluh kesah di kota yang istimewa, Yogyakarta.

Semua terjadi tanpa direncanakan bila saya kembali menginjakkan kaki di kota ini. Anggap saja ini merupakan bonus dari pemillihan tempat DA Kandidat Pengajar Muda angkatan IX di Yogyakarta. Yeah..... Tour Yogyakarta di mulai. Meskipun 6 bulan lalu pernah kesini dalam rangka Blogger Nusantara. Dari kosan Nanda di kawasan kampus UGM, saya langsung menuju kawasan Malioboro dengan menggunakan jasa Trans Jogja dari shelter Panti Rapih dengan trayek bis 2A dan transit di shelter Korem untuk berpindah trayek bis 3A. Harganya terjangkau, Rp 3000.

Karena berangkat pagi, disempatkan dulu sarapan di kawasan Malioboro sambil menunggu salah satu teman blogger, Mba Mesha. Kita berdua janjian untuk bertemu di depan benteng Vredeburg. Berkeliling di sebentar sambil nunggu wisata keraton buka sekitar pukul 09.30 WIB. Berasa bolang. Haha.. kemana-mana bawa tas ransel. Di sana sedang ada pameran pelangi museum dari Jakarta. Ada beberapa stand terkait dengan museum, seperti Museum Sumpah Pemuda, Museum MH. Thamrin dan Museum Joang 45. Narsis dikit boleh ya? Hehe

Dari benteng Vredeburg, kita berdua berjalan kali menuju keraton Yogyakarta. Selagi berada di sini kenapa tidak berkunjung ke sana. Sambil jalan juga menghubungi Ka Dian yang kebetulan sedang berada di Yogya. Jadi sekalian juga ketemuan di keraton. Hhe. Long time no see Kaka :D. Tiket masuk ke keraton per orang Rp 5.000. Cukup terjangkau kalau mau ngebolang mah.


Berjalan menyusuri kawasan keraton dan melihat beberapa abdi dalem sedang duduk-duduk. Terdengar alunan suara gamelan di pelataran depan. Untungnya kamu ngga ikut. Waahhh kalu ada, mungkin udah gerak-gerak tangannya. Hehe *nari maksudnya. Karena udah masuk liburan, di keraton banyak sekali wisatawan yang datang. Tidak hanya dari dalam negeri saja, beberapa di antaranya berasal dari mancanegara dengan di dampingi oleh tour guide. Kata Mba Mesha, di keraton Yogya itu ada abdi dalem yang masih berusia 6 tahun. tengok kanan-kiri siapa tahu anaknya muncul. Hehe. Tapi jadi ko foto bareng abdi dalem di depan ruang lukisan. Warna baju yang dipakai senada. Hehe. Berasa cucunya :D.


Karena jadwal kereta ke Solo sekitar jam 1 siang, saya bersama Mba Mesa dan Ka Dian segera keluar keraton. Tiba-tiba melihat abdi dalem yang masih kecil mengikuti kakeknya. Tapi ga bisa foto bareng. *so sad. Perjalan dilanjutkan menyusuri kawasan Malioboro untuk menuju Stasiun Tugu. Alhamdulillah masih kebagian tiket kereta, meskipun tidak mendapatkan tempat duduk. Terima kasih untuk Mba Mesha dan KA Dian yang sudah menemani saya jalan-jalan sebentar di Yogyakarta. See you next time ^-^

Perjalanan dilanjutkan menuju Solo dengan menggunakan kereta Sriwedari AC dengan harga tiket Rp. 10.000. Karena tidak mendapat tempat duduk, saya bersama adik-adik kecil dan penumpang lainnya duduk lesehan di kereta. Biar ngga cape. Lumayan kalau berdiri juga sekitar 1 jam perjalanan dari Stasiun Tugu menuju Stasiun Solo Balapan. Lagi-lagi saya memanfaatkan jasa transportasi umum. Setelah di Yogyakarta menggunakan Trans Jogja, di kota Solo saya menggunakan Batik Trans Solo (BST) koridor 2 dari depan stasiun Solo Balapan. Ini merupakan jalur baru. Sebulan yang lalu saya memang diberitahukan oleh petugas BST mengenai jalur baru ini.





Selagi ada transportasi umum yang nyaman, mengapa harus menggunakan kendaraan pribadi? Saya mengingat betul kata-kata itu yang pernah diutarakan oleh dosen pembimbing saya di sela-sela perkuliahan di kampus. Transportasi massal ini terintegrasi dengan transportasi yang lainnya, seperti becak, kereta api, bis ataupun angkot. Trans Jakarta, Trans Jogja, Batik Trans Solo, dan Trans Metro Bandung. Angkutan transportasi massal dengan harga terjangkau. Bila masyarakat beralih menggunakan transportasi ini macet di jalan raya tidak terlalu parah seperti saat ini. Itu opini saya saja. Sembari berwisata juga mengamati kondisi di sekitar.

To be continue ... ^-^

No comments:

Post a Comment