21 Juni 2013, satu tahun berlalu
setelah dinyatakan lulus dan menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
dibelakang nama. Itu sudah berlalu kawan. Euforia sidang skripsi dan yudisium
masih kental dalam ingatan. Pada hari ini di tanggal dan bulan yang sama, saya
melepaskan semua segala keluh kesah di kota yang istimewa, Yogyakarta.
Semua terjadi tanpa direncanakan
bila saya kembali menginjakkan kaki di kota ini. Anggap saja ini merupakan
bonus dari pemillihan tempat DA Kandidat Pengajar Muda angkatan IX di
Yogyakarta. Yeah..... Tour Yogyakarta di mulai. Meskipun 6 bulan lalu pernah
kesini dalam rangka Blogger Nusantara. Dari kosan Nanda di kawasan kampus UGM,
saya langsung menuju kawasan Malioboro dengan menggunakan jasa Trans Jogja dari
shelter Panti Rapih dengan trayek bis 2A dan transit di shelter Korem untuk
berpindah trayek bis 3A. Harganya terjangkau, Rp 3000.
Karena berangkat pagi, disempatkan
dulu sarapan di kawasan Malioboro sambil menunggu salah satu teman blogger, Mba
Mesha. Kita berdua janjian untuk bertemu di depan benteng Vredeburg. Berkeliling
di sebentar sambil nunggu wisata keraton buka sekitar pukul 09.30 WIB. Berasa bolang.
Haha.. kemana-mana bawa tas ransel. Di sana sedang ada pameran pelangi museum
dari Jakarta. Ada beberapa stand terkait dengan museum, seperti Museum Sumpah
Pemuda, Museum MH. Thamrin dan Museum Joang 45. Narsis dikit boleh ya? Hehe
Dari benteng Vredeburg, kita berdua
berjalan kali menuju keraton Yogyakarta. Selagi berada di sini kenapa tidak
berkunjung ke sana. Sambil jalan juga menghubungi Ka Dian yang kebetulan sedang
berada di Yogya. Jadi sekalian juga ketemuan di keraton. Hhe. Long time no see
Kaka :D. Tiket masuk ke keraton per orang Rp 5.000. Cukup terjangkau kalau mau
ngebolang mah.
Berjalan menyusuri kawasan keraton
dan melihat beberapa abdi dalem sedang duduk-duduk. Terdengar alunan suara
gamelan di pelataran depan. Untungnya kamu ngga ikut. Waahhh kalu ada, mungkin
udah gerak-gerak tangannya. Hehe *nari maksudnya. Karena udah masuk liburan, di
keraton banyak sekali wisatawan yang datang. Tidak hanya dari dalam negeri
saja, beberapa di antaranya berasal dari mancanegara dengan di dampingi oleh
tour guide. Kata Mba Mesha, di keraton Yogya itu ada abdi dalem yang masih
berusia 6 tahun. tengok kanan-kiri siapa tahu anaknya muncul. Hehe. Tapi jadi
ko foto bareng abdi dalem di depan ruang lukisan. Warna baju yang dipakai
senada. Hehe. Berasa cucunya :D.
Karena jadwal kereta ke Solo
sekitar jam 1 siang, saya bersama Mba Mesa dan Ka Dian segera keluar keraton. Tiba-tiba
melihat abdi dalem yang masih kecil mengikuti kakeknya. Tapi ga bisa foto
bareng. *so sad. Perjalan dilanjutkan menyusuri kawasan Malioboro untuk menuju
Stasiun Tugu. Alhamdulillah masih kebagian tiket kereta, meskipun tidak
mendapatkan tempat duduk. Terima kasih untuk Mba Mesha dan KA Dian yang sudah
menemani saya jalan-jalan sebentar di Yogyakarta. See you next time ^-^
Perjalanan dilanjutkan menuju Solo
dengan menggunakan kereta Sriwedari AC dengan harga tiket Rp. 10.000. Karena tidak
mendapat tempat duduk, saya bersama adik-adik kecil dan penumpang lainnya duduk
lesehan di kereta. Biar ngga cape. Lumayan kalau berdiri juga sekitar 1 jam
perjalanan dari Stasiun Tugu menuju Stasiun Solo Balapan. Lagi-lagi saya
memanfaatkan jasa transportasi umum. Setelah di Yogyakarta menggunakan Trans
Jogja, di kota Solo saya menggunakan Batik Trans Solo (BST) koridor 2 dari
depan stasiun Solo Balapan. Ini merupakan jalur baru. Sebulan yang lalu saya
memang diberitahukan oleh petugas BST mengenai jalur baru ini.
Selagi ada transportasi umum yang
nyaman, mengapa harus menggunakan kendaraan pribadi? Saya mengingat betul
kata-kata itu yang pernah diutarakan oleh dosen pembimbing saya di sela-sela
perkuliahan di kampus. Transportasi massal ini terintegrasi dengan transportasi
yang lainnya, seperti becak, kereta api, bis ataupun angkot. Trans Jakarta,
Trans Jogja, Batik Trans Solo, dan Trans Metro Bandung. Angkutan transportasi
massal dengan harga terjangkau. Bila masyarakat beralih menggunakan
transportasi ini macet di jalan raya tidak terlalu parah seperti saat ini. Itu
opini saya saja. Sembari berwisata juga mengamati kondisi di sekitar.
No comments:
Post a Comment