Sunday 30 March 2014

Dia bukan orang yang kau cintai, tapi orang yang kau kenal



Saya mendengar kalimat tersebut dalam sebuah film yang pernah saya tonton dan lupa judulnya apa. *hmmm. Kalimat tersebut merupakan garis besar dari film yang ditayangkan. Seseorang yang menjadi pendamping kita itu bukan orang yang kita cintai saat itu, melainkan orang yang kita kenal sebelumnya tanpa kita sadari. Jadi, dia bukan orang yang kau cintai, tapi orang yang kau kenal. Rasa cinta itu tumbuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Mengapa saya berkata seperti itu? Karena saya sendiri pernah mengalami hal itu. Hehehe *curhat :p
Setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda mengenai kalimat di atas. It’s my opinion. Bagaimana dengan kamu? Pernah merasakan hal seperti itu juga?

Friday 14 March 2014

Antusiasmenya Berbeda


Saya merasa antusiasme siswa berbeda. Karena setiap siswa yang berada di suatu sekolah memiliki karakteristiknya tersendiri. Setahun lalu saya masih seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengikuti Program Pengenalan Lapangan (PPL) di kawasan Ujung Berung Kota Bandung. Saya bersama teman-teman yang lain ditempatkan di satu sekolah yang terbilang padat siswanya. Kami diberikan tugas mengajar mulai dari kelas 2-5 dan pada akhirnya harus menetap kelas. Kebetulan dari awal mengajar dan sampai menetap kelas, saya diberi amanah untuk berada di kelas 2. Pada tahun sebelumnya tidak ada yang bersedia untuk mengajar di kelas 2 karena RPPnya harus tematik dan alat peraga yang konkret.

Saya menerima dengan senang hati tantangan mengajar saat itu. Jujur saja kalau itu merupakan RPP tematik yang pertama kali saya buat. Pelajaran yang ditentukan adalah Bahasa Indonesia dan PKn. Karena keterampilan yang harus dicapai siswa adalah mendengarkan sebuah dongeng dan dapt menceritakannya kembali dengan menggunakan bahasanya sendiri. saya mencari sebuah dongeng yang sekiranya mencakup juga dengan materi PKn tentang menghargai pendapat orang lain.

Pikiran saya saat itu kalau anak-anak di kelas 2 tidak mau mendengarkan dongeng dan sampai ada yang berani untuk menceritakannya kembali. Begitu saya masuk dan melangsungkan proses pembelajaran, ada banyak sekali hal-hal yang diluar dugaan saya sebelumnya. Ternyata mereka begitu antusias ketika dongeng itu dibacakan dengan adanya gambar-gambar yang menarik perhatian mereka. Di akhir pembelajaran, saya meminta beberapa anak untuk menceritakan kembali dongeng tersebut. Hampir 80% siswa mengangkat tangannya untuk mencoba menceritakan kembali dongeng yang telah didengarnya.

Respon guru pembimbing juga bagus. Beliau memberi beberapa wejangan supaya lebih baik lagi. Dipertemuan pertama saja sudah antusias seperti ini, dipertemuan berikutnya mereka sangat kooperatif dan mudah sekali mengaturnya. Mulai dari sini saya menemukan bakat lain dalam hal mendongeng. Itulah yang mereka tunggu di kelas tiap pelajaran Bahasa Indonesia bila ada materi dongeng.

Ketika saya mengajar di sekolah yang baru dengan kelas yang sama, saya menemukan antusiasme yang berbeda. Manakala saya membacakan sebuah dongeng, mereka tidak antusias seperti murid-murid PPL saya tahun lalu. Mereka justru asik sendiri dengan membaca. Padahal dongeng yang saya bacakan juga tidak ada di dalam buku mereka. Ini masalah yang harus dipecahkan, namun saya tidak mengajar di kelas 2 secara intensif seperti PPL. Justru dongeng berjalan mulus di kelas 3. Bila saya diberi kesempatan kembali untuk mengajar di kelas 2, saya akan berusaha untuk lebih baik lagi dari sebelumnya.

Saya memang bukan guru kelas untuk saat ini, tapi tiap mengajar saya berusaha menyisipkan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran serta manghargai pendapat yang mereka utarakan. Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran tidak semata karena gurunya saja, tetapi adanya kesinambungan antara guru dengan siswanya. Mengemas proses pembelajaran dengan menarik juga salah satu daya pikat agar siswa tetap antusias selama pembelajaran berlangsung. Jadi adanya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) itu sangat penting bagi seorang guru. Tugas seorang guru tidak sebatas mengajar saja, tetapi juga untuk mendidik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pa Anies Baswedan bahwa, “Pendidikan adalah tanggung jawab semua orang terdidik.”