Saya
merasa antusiasme siswa berbeda. Karena setiap siswa yang berada di suatu
sekolah memiliki karakteristiknya tersendiri. Setahun lalu saya masih seorang
mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengikuti Program Pengenalan Lapangan (PPL)
di kawasan Ujung Berung Kota Bandung. Saya bersama teman-teman yang lain
ditempatkan di satu sekolah yang terbilang padat siswanya. Kami diberikan tugas
mengajar mulai dari kelas 2-5 dan pada akhirnya harus menetap kelas. Kebetulan
dari awal mengajar dan sampai menetap kelas, saya diberi amanah untuk berada di
kelas 2. Pada tahun sebelumnya tidak ada yang bersedia untuk mengajar di kelas
2 karena RPPnya harus tematik dan alat peraga yang konkret.
Saya
menerima dengan senang hati tantangan mengajar saat itu. Jujur saja kalau itu
merupakan RPP tematik yang pertama kali saya buat. Pelajaran yang ditentukan
adalah Bahasa Indonesia dan PKn. Karena keterampilan yang harus dicapai siswa
adalah mendengarkan sebuah dongeng dan dapt menceritakannya kembali dengan
menggunakan bahasanya sendiri. saya mencari sebuah dongeng yang sekiranya
mencakup juga dengan materi PKn tentang menghargai pendapat orang lain.
Pikiran
saya saat itu kalau anak-anak di kelas 2 tidak mau mendengarkan dongeng dan
sampai ada yang berani untuk menceritakannya kembali. Begitu saya masuk dan
melangsungkan proses pembelajaran, ada banyak sekali hal-hal yang diluar dugaan
saya sebelumnya. Ternyata mereka begitu antusias ketika dongeng itu dibacakan
dengan adanya gambar-gambar yang menarik perhatian mereka. Di akhir
pembelajaran, saya meminta beberapa anak untuk menceritakan kembali dongeng
tersebut. Hampir 80% siswa mengangkat tangannya untuk mencoba menceritakan
kembali dongeng yang telah didengarnya.
Respon
guru pembimbing juga bagus. Beliau memberi beberapa wejangan supaya lebih baik
lagi. Dipertemuan pertama saja sudah antusias seperti ini, dipertemuan
berikutnya mereka sangat kooperatif dan mudah sekali mengaturnya. Mulai dari
sini saya menemukan bakat lain dalam hal mendongeng. Itulah yang mereka tunggu
di kelas tiap pelajaran Bahasa Indonesia bila ada materi dongeng.
Ketika
saya mengajar di sekolah yang baru dengan kelas yang sama, saya menemukan
antusiasme yang berbeda. Manakala saya membacakan sebuah dongeng, mereka tidak
antusias seperti murid-murid PPL saya tahun lalu. Mereka justru asik sendiri
dengan membaca. Padahal dongeng yang saya bacakan juga tidak ada di dalam buku
mereka. Ini masalah yang harus dipecahkan, namun saya tidak mengajar di kelas 2
secara intensif seperti PPL. Justru dongeng berjalan mulus di kelas 3. Bila
saya diberi kesempatan kembali untuk mengajar di kelas 2, saya akan berusaha
untuk lebih baik lagi dari sebelumnya.
Saya memang bukan guru
kelas untuk saat ini, tapi tiap mengajar saya berusaha menyisipkan pendidikan
karakter dalam setiap pembelajaran serta manghargai pendapat yang mereka
utarakan. Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran tidak semata karena
gurunya saja, tetapi adanya kesinambungan antara guru dengan siswanya. Mengemas
proses pembelajaran dengan menarik juga salah satu daya pikat agar siswa tetap
antusias selama pembelajaran berlangsung. Jadi adanya rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) itu sangat penting bagi seorang guru. Tugas seorang guru
tidak sebatas mengajar saja, tetapi juga untuk mendidik. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Pa Anies Baswedan bahwa, “Pendidikan adalah tanggung jawab semua orang terdidik.”