Tuesday 6 January 2015

Fiti yang jauh, Bu?

Menjelang akhir bulan November 2014, saya mengajak siswa di kelas 6 belajar di halaman sekolah. Saya hendak membelajarkan mereka mengenai pengaruh gaya dan gerak. Saya meminta dua orang siswa sebagai peraga. Siswa yang lain mengamati setiap gerakan yang saya instruksikan pada peraga. Peraga pertama bertugas sebagai penjaga gawang dan peraga kedua bertindak sebagai penendang bola. Di luar dugaan saya, ternyata mereka mengamati dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja.

Peragaan berikutnya menggunakan ketapel. Saya memberikan contoh penggunaannya pada mereka. Contoh pertama dengan gaya tarikan yang kuat agar gerakan yang dihasilkan semakin cepat. Sedangkan contoh yang kedua dengan gaya tarikan yang lemah agar gerakan yang dihasilkan menjadi lambat. Setelah saya memperagakan, saya juga meminta seluruh siswa untuk mencoba menggunakan ketapel supaya merasakan langsung bagaimana pengaruh gaya dan gerak yang dihasilkan.

Saat pelaksanaan pembelajaran itu, di Siumolo sedang musim buah mangga. Ketapel yang mereka bawa digunakan untuk mengambil buah mangga modok (muda) dengan menggunakan fiti (ketapel). Itu sekedar hiburan saja. "Bu, fiti yang jauh ko?" Tanya salah seorang siswa. "Silakan fiti yang jauh sampai melewati pagar sekolah, nak!" Seru saya pada mereka. Mereka lebih senang belajar di luar ruangan. Sesekali memang saya ajak mereka belajar di halaman sekolah supaya tidak jenuh.