Monday 26 December 2011

Yang Tak Terungkapkan

ada banyak hal yang ingin aku ungkapkan padanya, namun tak dapat ku ungkapkan secara langsung. sebuah celotehan nan menggelitik yang aku dapatkan dari seorang teman.

I'm a girl standing here and ask to you (boy)
"Do you still love her?" He can't answer it, but he ask to me "how about you?"
"Me?"
"Yeah.. you?"
"Let me go, please..."
I run and leave him alone. I'm crying. It's so hard for me to leave him.
I stopped crying when I hear someone whisper beside me, "Please stop crying. Now I'm here with you". He hugs me and then....


ternyata belum ada kelanjutannya. anehnya mirip sekali sama kejadian yang aku bayangkan beberapa minggu terkhir ini...
ada sebuah lirik lagu dari Raisa yang berjudul inginku yang ada di benakku sekarang.

" Ingin ku bicara mengenai sebuah rasa, ada cinta diantara kita berdua, yakin akan ada satu kesempatan untuk kita bicarakan semua"

Monday 5 December 2011

Maafkan Aku....


Sang surya telah menampakkan sinarnya ke dalam kamar Fira. Dia tidak merasakan sedikitpun kehangatan yang ditimbulkannya. Waktu telah menunjukkan pukul  06.00 pagi, masih saja dia tak kujung terbangun dari tidurnya. Hingga dia menyadari Bi Minah membangunkannya.
            “Non...bangun...bangun.... Bapa sama ibu sudah menunggu non Fira di meja makan” kata Bi Minah.
            “Aduuh bibi.... Kenapa telat sih bangunin aku? Aku jadi terlambat nih ke sekolah. Bibi tahu kan hari ini hari pertama aku masuk di kelas VII?” ungkap Fira sambil menggerutu.
            “Tadi bibi berulangkali mengetuk pintu kamar non Fira. Tapi non Fira tidak bangun juga. Bapa sama ibu menyuruh bibi untuk membangunkan non Fira langsung di kamar” jawab Bi Minah.
            Fira bergegas untuk mandi dan memilih sarapan di dalam mobil agar tidak terlambat tiba di sekolah. Setibanya di depan sekolah, Fira segera berlari di sepanjang koridor sekolah. Derap langkahnya membuat semua orang memandangnya. Dia datang tepat pada waktunya dengan nafas yang masih terengah-engah dan nyaris pingsan di depan kelas.
            “Hai Fira... kamu habis lari lagi? Ketinggalan Busway?” tanya Marsya.
            “Haa..haa... Apa? Ketinggalan Busway? Aku itu bangun kesiangan. Hampir aja aku terlambat datang ke sekolah. Semalam aku nggak bisa tidur” jawab Fira.
            “Pulang sekolah pulang bareng sama aku ya?”
            “Aku mau ke toko buku sya. Kamu mau ikut?”
            “Ngga akh.... Aku males kesana.”
            “Lain kali aja ya?”
            “Ok..ok”
            Saat di toko buku, tanpa sengaja Fira melihat seseorang yang begitu mirip dengan teman semasa kecilnya dulu di Solo. Dia mulai mengingat-ingat kembali akan kenangan masa lalunya. Tanpa sadar, lelaki itu menyapanya.
            “Hai... Kenapa kamu diam aja?” tanya Anjar.
            “Hai... Apakah sebelumnya kita pernah bertemu atau saling mengenal gitu?” tanya Fira.
            “Iya. Kamu lupa sama aku? Namaku Muhammad Anjar Dwi Putranto. Kamu pasti ingat sama nama itu?”
            “Anjar teman SD ku? Dulu kamu gemuk deh? Ko bisa kurus gini?” tanya Fira.
            “Iya, Fira. Dulu aku memang gemuk. Sudah 3 tahun kita ngga bertemu semenjak kamu pindah ke Jakarta. Kamu masih seperti dulu, tak ada yang berubah dari kamu. Gimana kalau ngobrolnya di café depan?”
            “Boleh” jawab Fira.
            Perbincangan mereka berlanjut tanpan memperhatikan waktu yang sudah semakin larut. Ditengah perbincangan mereka, tiba-tiba saja ponsel Fira berdering. Dia segera mengangkat telepon dari ibunya. Fira meminta agar dijemput sopir pribadinya. Karena sudah larut malam, Fira segera pulang dan lupa meminta alamat rumah Anjar ataupun menanyakan dimana dia bersekolah. Fira sungguh menyesal. Andai saja aku bisa bertemu kembali dengannya, ungkapnya dalam hati dalam perjalanan menuju rumah.
            Keesokan harinya, Fira langsung menceritakan semua kejadian yang dia alami kepada Marsya. Marsya semakin penasaran terhadap sosok Anjar yang selalu diceritakan oleh Fira. Saat jam istirahat, Fira melihat kembali seseorang yang berparas mirip dengan Anjar yang dia temui kemarin sore. Fira segera menyapanya.
            “Anjar?” sapa Fira sambil menepuk pundaknya.
            “Iya. Fira?” jawab anjar sambil menengok ke arah samping kiri.
            “Kamu sekolah disini juga? Kenapa aku baru sadar ya? Padahal kita udah 2 tahun sekolah disini?”
            “Kemarin aku belum sempat cerita sama kamu kalu kita satu sekolah. Kamu juga langsung pulang. Aku baru pindah ke sekolah ini Fira. Jadi kamu ngga usah bingung gitu” ungkap anjar.
            “Pantesan aku baru ngeliat kamu di sekolah ini” sambung Marsya yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.
            “Aduh sya, kamu bikin aku kaget aja” kata Fira.
            “Kamu juga yang pergi gitu aja. Siapa dia? Ini yang namanya Anjar? Cowo yang kamu ceritain sama aku tadi pagi kan?” tanya Marsya.
            “Oh..iya, hampir aja lupa. Sya, ini Anjar. Dia teman SD ku dulu. Dan Anjar, ini Marsya Hananta.” Mereka bertiga berbincang-bincang bersama hingga tak terasa bel telah berdentang keras keseluruh penjuru sekolah. Mereka masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
            Tak terasa sudah delapan bulan semenjak pertemuan sore itu dengan Anjar, banyak hal yang berubah dari Fira. Dia tidak lagi diantar jemput oleh supir pribadinya dan tidak teerlambat lai datang ke sekolah. Anjar kini menjadi Wakil ketua OSIS sedang sibuk mempersiapkan acara pensi tahunan di sekolah. Sehingga intensitas mereka untuk bertemupun semakin sedikit. Anjar mengajak Fira untuk datang bersamanya ke acara pensi. Mereka terlihat serasi dengan pakaian yang mereka kenakan. Warnanya hampir senada, nuansa coklat. Padahal mereka berdua tak sedikitpun berbicara akan mengenakan pakaian dengan warna yang senada, jodoh mungkin. Di sela-sela acara, anjar menarik Fira ke taman belakang sekolah. Tampak seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Anjar.
            “Fir, aku mau bicara sesuatu sama kamu” kata Anjar.
            “Mau bicara apa?” tanya Fira.
            “Semenjak pertemuan sore itu, aku merasakan sesuatu yang bergetar setiap aku bertemu dengan kamu. Sampai saat inipun aku masih merasakan hal itu. Sebenarnya aku udah naksir sama kamu sejak dulu Fira” ungkap Anjar
            “Really??” tanya Fira
            “Shafira Az-Zahra, wo ai ni, ni ye xihuan wo ma?”[1]tanya Anjar.
            “Hmm... Gimana ya? Oui, je t’aime”[2] jawab Fira.
            Anjar memang tidak mngerti dengan bahasa Prancis memang sempat kebingunan.
            “Maksudnya apa? Aku ngga ngerti” pinta Anjar.
            “Iya, aku juga suka sama kamu, njar” ungkap Fira.
            Semenjak malam itu mereka resmi menjalin suatu hubungan yang kebih dekat. Kedua orang tua mereka telah mengetahuinya dan tak mempermasalahkan hal itu. Pensi di sekolah usai sudah. Tak duduk di kelas IX, dimana mereka akan menghadapi UAN yang tinggal beberapa bulan lagi untuk menentukan kelulusan. Hubungan Fira dan Anjar baik-baik saja. Tak ada masalah yang mereka ributkan. Hingga suatu malam setelah UAN, Anjar datang ke rumah Fira dengan wajah yang tampak lesu.
            “Fir, dua minggu lagi aku harus pindah ke UK (London). Orang tua aku ditugaskan disana. Sebenarnya aku udah minta untuk stay di Jakarta, tapi...”
            “Tapi apa? Kamu tega sama aku.. “
            “Tapi orang tua aku minta agar aku nerusin sekolah disana. Aku juga udah diterima. Setiap liburan, aku balik ke Jakarta untuk kamu”
            “Aku ngga bisa berbuat apa-apa. Kalau itu untuk kebaikan kamu, aku dukung. Semoga kamu betah disan. Mungkin saat liburan nanti, aku bisa berkunjung kesana. Take care ya???” ungkap Fira dengan berat hati.
            Setelah Anjar pulang, fira menangis di dalam kamar. Selama seharian dia tidak keluar dari kamarnya. Mungkin itu terakhir kalinya Fira bertemu dengn Anjar. Karena selama berada di sekolahpun mereka sudah jarang untuk bertemu. Ketika berpapasanpun hanya tersenyum saja. Kriing...kriing... suara telepon seketika memecah keheningan di rumah Fira. Saat itu, ibu Sherly yang mengangkatnya.
            “Assalamualaikum tante” sapa Anjar.
            “Waalaikumsalam. Ada apa njar?”
            “Fira ada di rumah?” tanya Anjar.
            “Fira sedang tidur. Mungkin ada pesan? Nanti tante sampaikan.
            “Iya tante. Saya ingin menyampaikan bahwa besok pagi saya akan berangkat ke London. Saya juga sekalian berpamitan sama tante. Saya akan melanjutkan study di London.”
            “Lho mendadak sekali mengabarinya. Iya, tate berdoa semoga kamu sukses dan nanti tante sampaikan pesan kamu sama Fira.”
            “Terimakasih tante. Assalamualaikum.”
            “Waalaikumsalam.”
            Fira memang sudah mengetahui akan keberangkatan Anjar ke London, dia sengaja tidak memberitahukannya kepada kedua orang tuanya. Saat di ruang tamu, Ibu Sherly memanggil Fira untuk menyampaikan semua pesan yang dititipkan oleh Anjar. Ibunya menyuruh agar Fira menemui Anjar di bandara sebelum keberangkatannya ke London. Fira sudah tidak bisa menahan tangisnya saat bertemu dengan Anjar di bandara. Tak hanya Fira yang bersedih akan kepergian Anjar, tapi teman-teman yang lainpun ikut menangis.
            “Udah dong Fir nangisnya...” pinta Anjar.
            “Aku masih sedih tau... apalagi kita akan berpisah jauh, njar” jawab Fira sambil tersedu-sedu.
            “Iya, aku tau Fir. Kalau kamu nangis terus, aku makin ngga tega untuk ninggalin kamu ke London. Aku janji akan terus kirim kamu e-mail dan bila ada waktu untuk berlibur, pasti aku akan pulang ke Jakarta nemui kamu” jelas Anjar.
            “Huu..Huu... iya, njar. Aku juga mau liburan ke London saat masa tiba.”
            “Kalau kamu liburan ke London, kamu harus hubungi aku dulu. Nanti aku jemput kamu di bandara” ujar Anjar sambil menenangkan Fira.
            “Iya, semoga saja aku ngga lupa” kata Fira sambil tersenyum.
            Hampir setahun mereka berpacaran, untuk pertama kalinya mereka berpelukan untuk melepas kepergian Anjar ke London. Isak tangis yang membasahi pipinya sudah tak terlihat lagi. Fira tersenyum dan melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan mereka berdua. Fira didekap sang bunda agar tidak menangis kembali.
            Sekolah baru dengan suasana yang yang penuh keceriaan. Di sekolah yang baru, Fira mempunyai teman baru dan membentuk sebuah geng lazimnya anak SMA. Geng mereka bernama “Girlies” yang beranggotakan Nashla Fiantika, Lily Siregar, Lia Afriani dan Shafira Az-Zahra. Karena kesibukannya di Paskibra, Fira jarang bertemu dengan Marsya. Bahkan mereka hampir lost contact. Hingga suatu hari mereka bertemu di sebuah Mall. Fira tak menyangka kalau Marsya yang urakan berubah menjadi seorang muslimah yang anggun.
            “Fira ...” sapa Marsya.
            “Marsya Hanata?” tanya Fira.
            “Iya, Shafira Az-Zahra... aku masih ingat sama kamu. Kamu kemana aja sih? Aku telepon ke hp kamu selalu sibuk. Setiap weekend aku coba telepon ke rumah, kata Bi Minah kamu sedang latihan. Aku tuh kangen sama ocehan kamu Fir...” ungkap Marsya.
            “Tunggu deh... kamu jadi berubah gini ya? Sejak kapan sya? Je suis désolée mais j’ai la raison pour ça, je promets de ne plus des erreurs...”[3]
            “Ini tuh nazar aku ketika lulus SMP. Aku berniat untuk mengenakan jilbab saat SMA. Tumben kamu pake bahasa Prancis? Soyez sérieuse ![4]
            “Oui, ma ami”[5]
            “Génial !”[6]
            “Au revoir”[7] ungkap Fira.
            Semenjak pertemuan itu, hubungan Fira dan Marsya kembali seperti dulu. Fira menceritakan rencananya untuk berlibur ke London. Dia ingin mengajak Marsya kesana.
            Komunikasi antara Anjar dan Fira berjalan lancar. Mereka sering bertukar cerita mengenai kejadian-kejadian yang mereka alami. Tak terasa waktu liburan semester genap tiba. Fira berencana untuk berlibur ke London tanpa memberi kabar terlebih dahulu pada Anjar. Fira liburan bersama Marsya. Mereka berdua berniat untuk memberi surprice di hari ulang tahun Anjar.
            Setibanya di bandara, Fira dan Marsya dijemput oleh Om Tyo. Om Tyo adalah adik papanya Fira. Selama liburan, mereka akan tinggal disana. Dua hari berselang, Om tyo memberi tahu dimana kediaman keluarga Anjar. Fira merasa terbantu dengan adanya alamat itu. Dia sudah tak sabar ingin bertemu dengan Anjar. Diperjalanan menuju rumah Anjar, Fira bertemu dengan Ka Detri, kakaknya Anjar.
            “Ka Detri...” sapa Fira.
            “Kamu Shafira pacarnya Anjar kan? Sedang apa kamu disini?” tanya Ka Detri.
            “Aku lagi liburan ka. Sekalian mau kasih surprise untuk Anjar. Hari ini dia ulang tahun. Masa kakak lupa? O.. iya ka, ini temen aku namanya Marsya. Dia teman SMP Anjar juga ka” ujar Fira.
            “Kakak inget ko.. sekarang mau ke taman nyusul si Anjar. Ayo bareng aja. Ko berubah banget ya penampilan kamu sya? Kakak pernah lihat foto kalian di laptop Anjar.”
            “Setiap manusia itu bisa berubah kapan aja atuh ka” jawab Marsya.
            “Ok deh. Aku ikut bareng sama kakak” sahut Fira.
            Akhirnya mereka bertiga jalan bersama menuju taman. Sebelumnya, Fira mampir ke sebuah bakery membeli kue tart coklat untuk Anjar. Di taman, Fira, Marsya dan Ka Detri terpisah karena Fira mendadak menghilang karena melihat lelaki yang mirip dengan Anjar. Dia segera berlari mengejarnya. Setelah dia dekati, lelaki itu memang Anjar. Saat itu juga, Fira menelepon Marsya.
            “Hallo sya, kamu dimana?” tanya Fira.
            “Hallo Fir, aku sama Ka Detri ada di belakang pohon dekat bangku yang anjar tempati” jawab Marsya.
            “Iya, aku udah lihat kalian ko. Wait a minute !! I’m on the way there”
            “Ok”
            Saat fira berjalan menghampiri Anjar, tiba-tiba saja datang seorang perempuan berambut coklat memeluk Anjar dan mencium pipinya. Fira sungguh terkejut melihat kejadian itu. Dia berlari menghampiri Marsya dan Ka Detri dengan meneteskan air mata yang membasahi pipinya. Ka Detri dan Marsya berusaha menenangkan Fira yang masih menangis.
            “Sebenernya siapa perempuan yang mencium pipi Anjar itu Ka?” tanya Marsya.
            “Dia itu Chila Madania Putri, dia teman sekolah Anjar. Kalau kakak tidak salah, dia juga teman kamu Fir?”
            “Teman yang mana ka? Aku ngga inget ka” jawab Fira dengan terbata-bata,
            “Itu lho temen deket kamu waktu di Solo. Guru-guru sering bilang kalau kamu sama Mada itu wajahnya mirip. Coba deh kamu perhatiin wajahnya, mirip kan sama kamu?”
            “Mirip gimana? Jelas-jelas berbeda. Kakak ada-ada aja deh” ujar Marsya.
            “Sekarang aku inget ka. Dia itu cewe yang suka ngadu sama guru tiap ada masalah.”
            “Udah dong Fir, jangan nangis lagi. Katanya mau kasih surprise sama Anjar” kata ka Detri seraya menghibur Fira.
            “Aku kan masih shock sama kejadian yang tadi. Aku ngga akan nangis lagi”
            “Gitu dong sayang” kata ka detri.
            Anjar merasa terkejut ketika mendengar lantunan lagu yang dinyanyikan oleh Fira. Dia segera menengok ke belakang begitu mendengar suara itu dan memeluk Fira denga erat. Anjar tak menyangka kalau Fira akan datang saat hari ulang tahunnya. Fira tak mau melepaskan pelukan itu dari Anjar. Dia seolah tak rela bila ada seseorang yang dekat dengan Anjar.
            “Hai... aku Fira, pacarnya Anjar” ucap Fira sambil dengan mengulurkan tangannya kepada Mada.
            “Owh... Fira yang cungkring itu?? Ungkap Mada dengan sinis.
            “Itu kan dulu. Sekarang sudah sedikit berubah” jawab Fira.
            “Kenapa kamu ngga kasih kabar mau ke London?” tanya Anjar.
            “Kan mau kasih surprise. Kalau aku kasih kabar, jadinya ngga surprice dong” jawab Fira.
            “Ada hubungan apa sih diantara kalian? Tadi aku sempet lihat, kalian mesra banget” tanya Fira.
            “Biasa aja ko. Kamu aja yang ngga tahu” ujar Mada.
            “Kenapa kamu diem aja? Kamu udah pacaran sama Mada kan?” tanya Fira pda Anjar dengan kembali meneteskan air mata.
            “Selama ini kamu selingkuh njar? Jawab dong? Tanya ka Detri
            “Diemnya kamu pertanda kalau kamu memang punya hubungan dengan dia... kalau gitu, kita putus njar. PUTUS.... percuma kita long distance kalau kamu lupa sama janji kamu dulu” kata Fira sambil berjalan meninggalkan Anjar.
            “Fir, Fira.... tunggu aku, Fir...” seru Anjar sambil berteriak dan mengejar Fira.
            Fira terus berlari dan menangis disepanjang jalan menuju rumah Om Tyo. Dia meminta pada Om Tyo untuk mengrus tiket kepulangannya ke Jakarta. Om Tyo menuruti apa yang dia mau. Fira tidak bercerita sedikitpun pada om ataupun tantenya. Anjar terus menghubungi Fira untuk meminta maaf melalui SMS, BBM, dan e-mail. Tak ada satupun yang dibalas oleh Fira. Anjar tidak mengetahui kapan Fira akan pulang ke Jakarta, karena dia tidak tahu dimana Fira tinggal selama di London.
            Anjar tidak putus asa. Dia terus saja mengirim sms permintaan maaf pada Fira. Semua permintaan maaf dari Anjar tak dihiraukan oleh Fira. Semenjak Fira putus dengan Anjar, dia menjadi semakin murung dan sering mengurung diri di dalam kamar. Kejadian itu membuatnya lebih dingin pada setiap laki-laki yang ingi dekat dengannya. Dia hanya menganggap sebagai teman biasa. Karena dia masih menyimpan sedikit rasa sayangnya untuk Anjar.
            Setelah UAN, Fira mengikuti kedua orang tuanya yang pindah dia ke Sydney. Dia meneruskan kuliah desain grafis di Sydney University. Dia pergi tanpa pamit atau sekedar farewell party dengan Marsya dan teman-teman lainnya. Sebulan setelah keberangkatan Fira ke Sydney, Anjar menyusul Fira ke Jakarta dan berniat meminta maaf pada Fira.
            “Assalamualaikum... Fira, fira, fira....” teriak Anjar.
            “Waalaikum salam. Maaf, Mas, non Fira sudah tidak tinggal disini lagi. Sebulan lalu, non Fira mengikuti bapa sama ibu ke Sydney” jawab Bi Minah.
            “Bibi punya alamat Fira di Sydney? Atau ada nomor Hp dan telepon Fira selama di Sydney?”
            “Maaf, Mas, non Fira tidak meninggalkan pesan apapun.”
            “Terima kasih, bi.”
            “Sama-sama, Mas.”
            Anjar merasa kecewa karena tidak bertemu dengan Fira dan merasa bersalah karena telah menyakiti hati Fira. Akhirnya dia berlibur sementara waktu di Jakarta. Anjar menemui Marsya untuk bertanya mengenai Fira. Dia berharap Marsya mengetahui kabar Fira.
            “Sya, apa kabar? aku minta maaf atas kejadian di London semester lalu.”
            “Alhamdulillah baik. aku udah maafin kamu ko. Ada apa kamu ke rumah aku?”
            “Kemarin aku ke rumah Fira, kata Bi Minah dia udah pindah ke Sydney. Aku datang kemari untuk bertanya padamu, apakah Fira sempat menitipkan sesuatu sama kamu? Seperti alamat dan nomor telepon gitu? Aku butuh banget sya” pinta Anjar.
            “Maaf, njar. Aku juga ngga dititipin apapun sama dia. Yang aku tahu dari teman SMAnya kalau dia kuliah di Sydney University jurusan desain grafis. Seminggu yang lalu, dia pernah menelepon aku, tapi setelah aku telepon balik, nomor handphonenya udah ngga aktif lagi. Maaf, njar. Sepertinya aku tidak bisa membantu kamu lebih banyak lagi” jelas Marsya.
            “Terima kasih, sya. Walaupun sedikit informasinya, setidaknya aku tahu dimana Fira sekarang. Kebetulan ada teman SMA ku yang pindah ke Sydney . Mungkin dia punya kenalan disana. Sya, aku juga mau pamitan sama kamu. Besok malam aku pulang ke London. Tolong sampaikan permintaan maafku pada Fira bila dia menelepon kamu lagi.”
            “Iya. Nanti aku sampaikan. Hati-hati njar. By the way, kapan kamu stay di Jakarta lagi?”
            “Hmmm.... mungkin tiga tahun lagi, setelah aku menyelesaikan kuliah aku di London. Dan semoga aku dapat bertemu kembali dengan Fira” ujar Anjar.
            “Amien. Semoga doa kamu terkabul.”
            Tiga tahun berlalu dengan cepat. Fira kembali ke Jakarta dengan hasil yang memuaskan. Bi Minah menceritakan semua kejadian selama Fira berada di Sydney. Tapi sebelum Bi Minah cerita, Fira sudah menolak ceritanya karena dia tahu kalau yang diceritakan pasti berkaitan dengan Anjar. Kini dia sudah melupakan kejadian beberapa tahun lalu yang menyangkut dengan Anjar. Sekarang dia sudah memiliki seorang kekasih, Arya Damar Wicaksana.
            Kepulangan Fira ke Jakarta untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Arya. Fira menemui Marsya untuk memintanya mengurusi berbagai hal untuk pernikahan. Karena Marsya sekarang sudah menjadi seorang designer baju ternama dan telah memiliki usaha WO (Wedding Organizer).
            Tanpa Fira ketahui, sebenarnya Anjar juga sudah tinggal kembali di Jakarta. Dia baru datang dua hari yang lalu. Marsya sudah mengetahuinya dan tak ingin memberitahukan kepulangan Anjar pada Fira ataupun sebaliknya. Karena dia tak ingin membuat mereka terluka dan mengacaukan kebahagiaan Fira.
            Ditengah kesibukan Fira mempersiapkan pernikahan. Tiba-tiba saja Fira dilarikan ke RSCM karena terjadi pendarahan di hidungnya sampai dia tak sadarkan diri. Arya yang mengetahui hal itu, terlihat panik dan segera menelepon kedua orang tua Fira dan Marsya. Fira di rawat di ruang ICU. Menurut diagnosa dokter, Fira menderita penyakit Leukimia stadium akhir. Kedua orang tuanya begitu shock, setelah mendengar penjelasan dari dokter. Selama mereka tinggal di sydney, tak terlihat tanda-tanda Fira mengeluh sakit ataupun mengalami pendarahan di hidungnya.
            Arya setia menunggu Fira di depan kamar. Dia tak henti-hentinya berdoa untuk kesembuhan Fira dan berharap ada mukjizat dari Allah. Dia juga mencarikan donor sumsum tulang belakang untuk Fira. Saat Om Fio, Ayah Fira, keluar dari ruang dokter Anto, beliau bertemu dengan Anjar. Mereka mengobrol di samping ruang ICU.
            “Om Fio? Sedang apa Om disini?” tanya Anjar.
            “Anjar? Sejak kapan kamu kembali dari London? Lama tidak bertemu. Om sedang menunggu Fira siuman” jawab Om Fio.
            “Anjar udah seminggu di Jakarta. Fira sakit apa Om? Kenapa dia di rawat di ICU?” tanya Anjar
            “Fira menderita Leukimia stadium akhir. Dokter pesimis bila dilaksanakan operasi pencangkokan sumsum tulang belakang” jelas Om Fio.
            “Leukimia? Boleh tidak kalau Anjar menjenguk Fira? Kalau boleh Anjar tau, siapa laki-laki yang ada di depan kamar Fira?”
            “Boleh, nak. Mari Om anter ke dalam. Lelaki itu calon suami Fira. Rencananya mereka berdua akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini. Tapi Allah memberikan cobaan pada keluarga Om.”
            “Tabah ya, Om. Semoga Fira cepat sembuh.”
            Anjar masuk ke dalam kamar Fira didampingi Arya, Marsya dan Om Fio. Disana Anjar duduk terpekur disamping Fira sambil memegang tangannya. Dia tak kuasa meneteskan air matanya dan meminta maaf pada Fira atas kejadian saat ulang tahun Anjar di London. Anjar merasa bersalah sekali. Karena permintaan maafnya tak kunjung dibalas juga oleh Fira. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Fira dalam kondisi dia sedang koma.
            “Fir, ini Anjar. Aku harap kamu mendengar suara aku dan merasakan kehadiran aku disini. Fir, semenjak kejadian waktu itu, aku merasa sangat bersalah sama kamu. Sungguh, aku menyesal Fir. Aku datang ke jakarta, tapi kamu sudah pindah tanpa memberi kabar sedikitpun. Aku berada disinipun karena bertemu dengan Ayahmu. Fir, aku mohon kamu mau memaafkan aku...” pinta Anjar sambil meneteskan air mata.
            “Sudah, njar. Tak usah kamu menangis lagi. Doakan saja untuk kesembuhan Fira. Mungkin itu akan membuat dia lebih baik dan segera siuman kembali. Aku yakin kalau Fira sudah memaafkan kamu” ucap Arya.
            “Apakah sebelumnya Fira sempat bercerita sama kamu mengenai aku?”
            “Dia pernah menceritakan itu padaku. Dan aku sempat menemukan ini di meja kerjanya beberapa hari yang lalu. Sepertinya memang untukmu. Aku tidak tahu apa isinya. Semoga ini dapat menjawab kegundahan hati kamu” kata Arya sambil menepuk pundak Anjar dan berharap dia berbesar hati menerimanya.
            Anjar duduk di sudut ruangan didampingi Arya. Anjar begitu kagum pada kebaikan dan ketabahannya menghadapi ujian ini. Dia dengan sabar menemani Fira. Fira sungguh beruntung mendapatkan lelaki seperti dia. Dia juga yang telah menenangkan hatiku saat melihat kondisi Fira yang masih terbaring koma. Anjar membuka dan membaca surat yang dituliskan Fira untuknya.
            Assalamualaikum...
        Anjar, aku merasa kecewa atas perlakuanmu sore tadi. Aku benar-benar tak menyangka kamu berubah begitu cepatnya dan melupakan semua janji yang kau ucapkan dulu. Sepanjang perjalanan pulang, aku menangis karena rasa kecewaku terhadapmu. Mengapa kamu tak memberitahukan sebelumnya kepadaku kalau kamu sudah tidah nyaman untuk berhubungan jarak jauh dengan ku? aku akan lebih menerima hal itu daripada melihat kamu menjalin hubungan dengan sahabatku sendiri.
        Aku tahu kalau kamu mencari-cari keberadaanku selama di London. aku tahu kamu masih sayang sama aku. Aku masih meraskan hal itu, njar. Aku sulit untuk melupakan sosok sepertimu. Tapi untuk apa aku selalu memikirkanmu kalau hatimu bukan untuk aku lagi? Berulang kali kamu meminta maaf padaku. Mungkin sudah ratusan sms, e-mail, BBM dan telepon yang tak pernah ku balas. Akupun merasa bersalah padamu. Aku ingin membalas semua sms darimu malam itu juga. Tak ada keberanian dariku untuk membalasnya. Tapi, jujur aku telah memaafkanmu Anjar.
        Mungkin, saat kamu membaca suratku ini, aku sudah meninggalkan London. aku harap kamu tidak menggangguku lagi dengan ucapan permintaan maafmu itu. Karena aku sudah memaafkan kamu.
        In here whwn the first time
        I feel fall in love with you, Anjar...
        You make me better than ever
        You never forgotten of my mind
        Coz’ you’re my first love.....
        Aku sayang kamu Anjar....                                               
            Anjar kembali menangis setelah membaca surat dari Fira. Dia tak menyangka kalau Fira sudah memaafkannya. Dia kembali menghampiri Fira dan membisikkan sesuatu pada Fira.
            “Fir, aku masih sayang sama kamu... cepat sembuh Fira. Aku tahu kamu seseorang yang kuat. Kamu pantas mendapatkan seseorang seperti Arya. Dia begitu perhatian terhadap kamu, Fir...” ucap Anjar.
            Anjar sempat melihat Fira meneteskan air matanya.
            “Jaga Fira baik-baik. Jangan kamu sakiti dia seperti aku. Dia itu perempuan yang tegar dan kuat” pesan Anjar pada Arya.
            “Aku pegang janji itu. Dan semoga kamu mendapat seseorang yang lebih baik dari Fira” ujar Arya.
            Setelah itu Anjar berpamitan pada Om Fio dan Arya. Anjar telah mengikhlaskan Fira dan telah menerima maaf dari Fira. Kalimat itu yang selama ini Anjar tunggu. Tak berapa lama Anjar meninggalkan RSCM, anjar mendapat telepon bahwa Fira sudah meninggal dunia. Dia kembali terpukul atas meninggalnya Fira. Sungguh dia tak menyangka mengapa Fira begitu cepat pergi meninggalkannya. Dia langsung kembali ke RSCM untuk membantu proses pemulangan jenazah Fira ke rumah.
            Setelah jenazah Fira disemayamkan di rumah, Anjar terus berada disamping jenazah Fira mendampingi Arya dan Om Fio. Anjar telah mengikhlaskan kepergian Fira untuk selamanya. Dia tegar menghadapinya. Semua itu dia dapatkan karena penguatan yang diberikan oleh Arya. Tak tampak lagi kesedihan dari wajah Anjar saat pemakaman berlangsung. Dia khusyuk mendoakan Fira agar amal dan ibadahnya diterima oleh Allah. Semoga Fira mendapat tempat tebaik disisi-Nya.
            “Maafkan Aku Fira....” ucap Anjar sebelum meninggalkan pemakaman.


Quote :
            “Meminta maaf itu mudah, tapi memaafkannya itu yang begitu sulit diucapkan”
The End



[1] Pernyataan cinta dalam bahasa mandarin yang artinya aku cinta kamu, apakah kamu juga cinta sama aku         
[2] Oui, je t’aime berarti iya, aku mencintaimu. Itu merupakan bahasa Prancis
[3] Saya menyesal mengenai hal itu, saya janji tidak akan membuat kesalahan lagi
[4] Serius !
[5] Iya, kawan
[6] Bagus !
[7] Sampai jumpa