Monday 30 June 2014

Cinta Terselip Dalam Persahabatan



Setiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Seperti kisah berikut ini yang akan saya ceritakan. Maaf bila ada yang memiliki kisah yang hampir sama.

Dulu mereka berdua pernah memiliki rasa yang sama, dapat dikatakan saling jatuh cinta dalam suatu waktu. Semua bergulir seiring berjalannya waktu. Suka duka mereka lalui bersama tanpa adanya sebuah ikatan yang terjalin dalam sebuah persahabatan. Sungguh dilematis ketika satu sama lain memiliki pasangan dan saling menjauhi dengan sendirinya. Hal tersebut kerap kali terjadi sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk tidak melanjutkan perasaan yang sering bersemayam dalam hati dari harapan ketidakpastian yang sebenarnya kurang pasti.

Kadang Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang yang salah sampai akhirnya dipertemukan dengan seseorang yang tepat untuk bersanding mendampinginya. Setiap orang memiliki kenangannya tersendiri terhadap orang yang dianggapnya spesial dalam hidup. Tuhan mempertemukan dua orang bukan tanpa rencana. Melainkan ada makna yang terselip di dalamnya. Setiap tempat memliki kisahnya tersendiri. Kita tidak menduganya. ^-^

Sunday 29 June 2014

Andien – Sepanjang Usia



Lagu ini satu paket dengan cerpen Sepanjang Usia dari Kahitna kolaborasi dengan Dwitasari dalam rangka ulang tahun Kahitna yang ke – 28.

Tak ada artinya panjang usia
Jika kita tak pernah bahagia
Tak ada gunanya panjang usia
Jika tak rasakan cerah dunia

Bahagia sepanjang usia
Senyuman penuh suka cita
Sehat bukan hanya milik kita
Sehat itu untuk semua

Tak ada artinya panjang usia
Jika kita tak pernah bahagia
Tak ada gunanya panjang usia
Jika tak rasakan cerah dunia

Bahagia sepanjang usia
Senyuman penuh suka cita
Sehat bukan hanya milik kita
Sehat itu untuk semua

Bahagia sepanjang usia
Rayakan dengan penuh suka
Sehat bukan hanya milik kita
Sehat itu untuk semua

Sehat itu untuk semua ..

Saturday 28 June 2014

Yogyakarta – Solo – Boyolali Part 2



Pada tulisan sebelumnya sedikit dibahas juga mengenai transportasi umum yang biasa saya gunakan ketika berada di kota tersebut. Mari kita lanjut lagi ceritanya. Dari shelter Solo Balapan menggunakan BST korodor 2, saya menuju shelter Solo Square atau Kerten. Untuk harga tiket BST sendiri juga terjangkau lho. Untuk pejar dikenakan tarif Rp 2.000 dan untuk umum Rp 3 di shelter Kerten, saya transit dan berganti bis jurusan Solo-Semarang untuk menuju Boyolali. Ada bermacam-macam bis yang menuju ke sana dan tarifnya juga berbeda-beda. Ongkos yang dikeluarkan dari Solo-Boyolali Rp. 10.000.


Dalam satu hari bisa 3 kota sekaligus dijelajahi. Sampe numpuk tiket perjalanan juga. Sebenernya tujuan ke Solo dan Boyolali itu mau ngapain ya? Masih bertanya-tanya to? Tujuannya untuk bertemu ponakan yang lucu, As-Shakiy di Boyolali dan nonton Solo Batik Carnival ke-7 di depan taman Sriwedari. Nonton SBC udah ada rencana dari beberapa bulan yang lalu juga. Ada yang ngajakin gitu untuk nonton. Apa daya, rencana itu hanya saya sendiri yang menonton ditemani mas Candra, Teh Gemi, Shakiy, Rofi dan Fajar. Nah kamu kemana?? *lagi ada acara pembagian rapot di sekolah #ehhh.




Solo Batik Carnival merupakan agenda tahunan dari Pemerintah Kota Surakarta yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni. Seperti ulang tahun kota Jakarta ya? Hehe. Acaranya meriah sekali. Maklum baru kali ini saya menonton acara tersebut. Setiap tahunnya ada tema yang berbeda-beda. Itu yang Teh Gemi katakan. Kita injak rumput aja di suruh turun lho. “hei ayo turun, rumput tidak di injak-injak. Nanti Walikota saya marah!”. Ketika arak-arakan peserta SBC 2014 berhenti, saya menyempatkan untuk berfoto bersama dengan peserta. Tanpa di suruh juga emang mau foto ko. Hehe. Itu tuh orang yang ngajakin nonton nitip untuk fotoin. Hahaha.


Cukup sampai di sini dulu mbolang Yogyakarta – Solo – Boyolali. Sampai berjumpa kembali dengan cerita-cerita di kota berikutnya. ^-^

Yogyakarta – Solo – Boyolali Part 1

21 Juni 2013, satu tahun berlalu setelah dinyatakan lulus dan menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dibelakang nama. Itu sudah berlalu kawan. Euforia sidang skripsi dan yudisium masih kental dalam ingatan. Pada hari ini di tanggal dan bulan yang sama, saya melepaskan semua segala keluh kesah di kota yang istimewa, Yogyakarta.

Semua terjadi tanpa direncanakan bila saya kembali menginjakkan kaki di kota ini. Anggap saja ini merupakan bonus dari pemillihan tempat DA Kandidat Pengajar Muda angkatan IX di Yogyakarta. Yeah..... Tour Yogyakarta di mulai. Meskipun 6 bulan lalu pernah kesini dalam rangka Blogger Nusantara. Dari kosan Nanda di kawasan kampus UGM, saya langsung menuju kawasan Malioboro dengan menggunakan jasa Trans Jogja dari shelter Panti Rapih dengan trayek bis 2A dan transit di shelter Korem untuk berpindah trayek bis 3A. Harganya terjangkau, Rp 3000.

Karena berangkat pagi, disempatkan dulu sarapan di kawasan Malioboro sambil menunggu salah satu teman blogger, Mba Mesha. Kita berdua janjian untuk bertemu di depan benteng Vredeburg. Berkeliling di sebentar sambil nunggu wisata keraton buka sekitar pukul 09.30 WIB. Berasa bolang. Haha.. kemana-mana bawa tas ransel. Di sana sedang ada pameran pelangi museum dari Jakarta. Ada beberapa stand terkait dengan museum, seperti Museum Sumpah Pemuda, Museum MH. Thamrin dan Museum Joang 45. Narsis dikit boleh ya? Hehe

Dari benteng Vredeburg, kita berdua berjalan kali menuju keraton Yogyakarta. Selagi berada di sini kenapa tidak berkunjung ke sana. Sambil jalan juga menghubungi Ka Dian yang kebetulan sedang berada di Yogya. Jadi sekalian juga ketemuan di keraton. Hhe. Long time no see Kaka :D. Tiket masuk ke keraton per orang Rp 5.000. Cukup terjangkau kalau mau ngebolang mah.


Berjalan menyusuri kawasan keraton dan melihat beberapa abdi dalem sedang duduk-duduk. Terdengar alunan suara gamelan di pelataran depan. Untungnya kamu ngga ikut. Waahhh kalu ada, mungkin udah gerak-gerak tangannya. Hehe *nari maksudnya. Karena udah masuk liburan, di keraton banyak sekali wisatawan yang datang. Tidak hanya dari dalam negeri saja, beberapa di antaranya berasal dari mancanegara dengan di dampingi oleh tour guide. Kata Mba Mesha, di keraton Yogya itu ada abdi dalem yang masih berusia 6 tahun. tengok kanan-kiri siapa tahu anaknya muncul. Hehe. Tapi jadi ko foto bareng abdi dalem di depan ruang lukisan. Warna baju yang dipakai senada. Hehe. Berasa cucunya :D.


Karena jadwal kereta ke Solo sekitar jam 1 siang, saya bersama Mba Mesa dan Ka Dian segera keluar keraton. Tiba-tiba melihat abdi dalem yang masih kecil mengikuti kakeknya. Tapi ga bisa foto bareng. *so sad. Perjalan dilanjutkan menyusuri kawasan Malioboro untuk menuju Stasiun Tugu. Alhamdulillah masih kebagian tiket kereta, meskipun tidak mendapatkan tempat duduk. Terima kasih untuk Mba Mesha dan KA Dian yang sudah menemani saya jalan-jalan sebentar di Yogyakarta. See you next time ^-^

Perjalanan dilanjutkan menuju Solo dengan menggunakan kereta Sriwedari AC dengan harga tiket Rp. 10.000. Karena tidak mendapat tempat duduk, saya bersama adik-adik kecil dan penumpang lainnya duduk lesehan di kereta. Biar ngga cape. Lumayan kalau berdiri juga sekitar 1 jam perjalanan dari Stasiun Tugu menuju Stasiun Solo Balapan. Lagi-lagi saya memanfaatkan jasa transportasi umum. Setelah di Yogyakarta menggunakan Trans Jogja, di kota Solo saya menggunakan Batik Trans Solo (BST) koridor 2 dari depan stasiun Solo Balapan. Ini merupakan jalur baru. Sebulan yang lalu saya memang diberitahukan oleh petugas BST mengenai jalur baru ini.





Selagi ada transportasi umum yang nyaman, mengapa harus menggunakan kendaraan pribadi? Saya mengingat betul kata-kata itu yang pernah diutarakan oleh dosen pembimbing saya di sela-sela perkuliahan di kampus. Transportasi massal ini terintegrasi dengan transportasi yang lainnya, seperti becak, kereta api, bis ataupun angkot. Trans Jakarta, Trans Jogja, Batik Trans Solo, dan Trans Metro Bandung. Angkutan transportasi massal dengan harga terjangkau. Bila masyarakat beralih menggunakan transportasi ini macet di jalan raya tidak terlalu parah seperti saat ini. Itu opini saya saja. Sembari berwisata juga mengamati kondisi di sekitar.

To be continue ... ^-^

Friday 27 June 2014

Essay Pendek Membawaku Kembali Ke Kota Gudeg

Siapa yang menyangka bahwa saya lolos dan berhak mengikuti seleksi tahap 2 atau Direct Assesment Kandidat Pengajar Muda Angkatan IX. Sekitar awal April telah dibuka pendaftaran Pengajar Muda Angkatan IX. Berita itu tersebar luar melalui website dan media sosial yang lainnya. Seperti biasanya, teh @fenofa selalu mention informasi itu di twitter saya. Kebetulan teman-teman yang lain juga ada yang mendaftar bahkan ada yang sudah menjadi Pengajar Muda Angkatan VIII dan baru saja ditempatkan di Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan.

Saat itu saya mencoba untuk mendaftar juga. Tidak ada salahnya untuk mencoba selagi kesempatan itu ada. Ternyata ada beberapa borang yang harus di isi ketika mendaftar. Selain mengajukan 3 referensi, pengalaman organisasi juga ada penulisan 12 essay pendek. Sempat kaget ketika harus menuliskan essay pendek. Untungnya saat mendaftar tidak harus selesai dalam waktu satu hari. jadi bisa saya catat dulu pertanyaannya kemudian saya ketik ulang dan barulah saya paste ke borang dalam essay yang dituju. Saya menikmati prosesnya. Alhamdulillah dosen saya di kampus bersedia saya jadikan referensi pada aplikasi yang saya kirimkan saat itu.

Hampir 3 minggu saya menyelesaikan semua essay pendek. Tinggal menunggu pengumuman lolos ke tahap berikutnya atau tidak. Tak sengaja buka e-mail dan ada pemberitahuan bahwa saya lolos dan dapat mengikuti DA sesuai dengan kota yang dipilih saat pendaftaran. Yeah, essay pendek membawaku kembali ke kota gudeg. Campur aduk rasanya juga. Dari 8.001 pendaftar, terdapat nama saya di sana berderet dengan 222 teman-teman dari kampus lain. Amazing, Alhamdulillah.

Persiapan singkat untuk DA di kota Yogyakarta. Di tahap 2 ini, kandidat Pengajar Muda melakukan psikotes, Focus Discussion Grup, Self Presentation, Interview dan Microteaching. Semua dilaksanakan dalam satu hari. Tempat DA awalnya akan dilaksanakan di Gedung FISIP UGM, tiba-tiba berubah tempat di Universitas Janabadra. Sempat kebingungan. Karena ada google map, memudahkan semua. thank a lot to Nanda and Mba Mesha.


Selama DA, banyak dipertemukan dengan orang-orang hebat dan luar biasa di bidangnya. *lebay. Baru bertemu dan langsung akrab. Hehe. Kebetulan saya satu kelompok dengan Mas Majid, Mas Hanif, Mba Mira, Mba Nisse dan Mba Sobi. Bagian paling seru ketika DA itu saat Microteaching. Semuanya diberikan kejutan-kejutan. Maksud kejutan di sini adalah kandidat Pengajar Muda yang hendak melakukan microteaching tidak diberitahu kejadian apa yang akan terjadi dikelasnya. Ini semua merupakan skenario yang telah dibuat oleh tim seleksi dengan mengacu kondisi yang terjadi di daerah penempatan Pengajar Muda nantinya.


Saya malah mendapat kejutan lho. Penasaran sama kejutannya? Haha. kejutannya itu ketika salah satu Pengajar Muda angkatan V adalah alumni UPI Kampus Cibiru juga. He is Kang Khaerul Umur. Saya memang sering mendengar nama beliau di kampus dari teman dan dosen yang bercerita dan baru kali ini saya bertemu langsung dengan beliau. Sayangnya ngga sempet foto ataupun nyanyi Gita Cita UPI Kampus Cibiru. :D

Itulah rangkaian proses yang harus saya lalui. Bertemu teman-teman yang baru serta banyak mendapatkan pengalaman baru. Bagaimanapun hasilnya dari DA tanggal 20 Juni 2014, saya sudah berusaha sesuai dengan kemampuan. Karena kontribusi untuk bangsa tidak harus menjadi Pengajar Muda. Setidaknya saya sudah mencoba untuk mempergunakan kesempatan itu dengan baik. Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman terdekat, kakak tingkat yang di gangguin ketika prajabatan serta dosen-dosen saya di kampus telah membantu dan memberi dukungan semangat. Merci beaucoup ^_^

Alunan lagu Yogyakarta – Kla Project menemani di sepanjang perjalanan :D