Di ruang makan
mereka duduk bertiga. Rasa canggung sempat terlihat pada gerak tubuh Noumira.
Tapi dia mencoba tersenyum untuk mencairkan suasana yang begitu tegang. Dia
berani untuk memulai pembicaraan.
“Lama juga ya kita ngga ketemu?”
tanya Noumira pada Damar.
“Iya. Terakhir kali aku melihatmu
saat porak 2 tahun lalu. Maaf aku tidak memberitahukan kepindahanmu sebelumnya”
jawab Damar.
“Pantas saja aku tidak pernah
melihatmu lagi” sambung Tora.
“Hehe... semua terjadi secara
mendadak” ungkap Damar sambil tertawa.
“Ayo di makan. Itu masakan buatan
mami. Enak lho!” kata Noumira dengan bangga.
“Masakan kamu mana?” tanya Damar.
“Masih belajar masak. Nanti yang ada
kalian sakit perut lagi nyicipin masakan aku? Hehe” jawab Noumira sambil
tersenyum.
Setelah mereka makan, Noumira
mengajak Damar ke taman belakang. Mereka berdua mengobrol hingga melupakan
Tora. Dia sempat cemburu juga. Dia memainkan piano dengan lagu-lagu yang
melankolis. Sama seperti yang sedang dirasakan oleh Noumira. Dan suasanapun
begitu mendukung.
“Mar, kita ke belakang. Ada yang
ingin aku sampaikan” ucap Noumira.
“Baiklah.”
“Aku senang dapat bertemu kembali
denganmu. Jujur, aku sempat kaget begitu membaca e-mail darimu beberapa waktu
lalu. Aku sempat memiliki perasaan kagum terhadapmu beberapa tahun lalu.
Ceritapun akan berbeda bila dulu kamu mengatakannya kepadaku. Sekarang aku
sudah bersama Tora. Aku mohon kamu mengerti. Seperti yang aku katakan
sebelumnya kalau aku menghargai perasaanmu terhadapku” papar Noumira.
“Iya aku tahu ra. Maafkan aku juga
sebelumnya. Aku pindah sekolah secara mendadak dan tidak mau membuatmu bersedih
karena kepergianku.”
“Asal kamu tahu mar, teman sekelasku
selalu menanyakan kabarmu. Kamu masih ingat Leony?” tanya Noumira.
“Leony Raydani. Oh iya. Aku ingat
Ra. Sekarang Leony kuliah dimana?” tanya Damar.
“Dia kuliah di Bandung juga. Tapi
beda kampus sama kita. Nanti deh aku kasih nomor kontaknya. Sudah terbayangkan
bagaimana reaksi wajahnya saat kamu meneleponnya nanti.”
“Kamu cemburu ya?” tanya Damar.
“Kalian ngobrol apa sih? Sepertinya
seru deh topiknya? Sampai kalian lupa sama aku” kata Tora.
“Maaf, aku lupa ngga ngajak kamu”
ucap Noumira.
“Serius banget sih? Ngobrolin apa
sayang?” tanya Tora.
“Mar,
aku ngga cemburu lagi ko. Justru aku telah memutuskan untuk tetap bersama Tora.
Walaupun aku tahu kamu sayang sama aku. Tapi bagiku, kamu adalah teman yang
selalu ada untukku. Jujur aku kaget begitu kamu mengatakan bahwa kamu sayang
sama aku. Itu sudah sangat terlambat.” papar Noumira
“Aku
sudah tahu kalau kamu suka sama Noumira. Kenapa kamu ngga mengatakannya sejak
dulu? Sekarang dia sudah bersamaku” kata Tora sambil menepuk pundak Damar.
“Karena aku melihat kalian berdua
begitu mesra saat porak berlangsung. Jadi aku mengurungkan niat untuk
mengatakan itu padamu” jelas Damar.
“Kenapa kamu tidak bertanya sama
aku. Biasanya juga tanya kalau ada hal-hal yang aneh. Tapi aku senang bisa
bertemu kamu kembali. Aku mohon kamu simpan rasa sayang itu sebagai seorang
sahabat” ungkap Noumira.
“Baiklah. Aku menghargai keputusan
kamu. Aku akan menjaga kamu selama Tora tidak disini.”
“Terima kasih mar. Kasih tahu aku ya
kalau princess ku berbuat yang aneh-aneh” kata Tora.
“Ok. Ra, udah malem juga, aku pamit
pulang ya? Sampai ketemu di kampus.”
“Iya. Sampai ketemu di kampus” kata
Noumira yang tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Tak ada lagi perasaan bimbang di
hatiku. Aku bersama Tora menjalani hubungan jarak jauh, kata orang sih long
distance relationship, disingkat LDR. Setiap liburan tiba, kita sering bertemu.
Kadang di Bandung, kadang juga di Depok. Damar menepati janjinya pada Tora
untuk menjagaku. Dia tak henti-hentinya mengingatkan aku saat penyakit lupa
menyerang. Dan sekarang, Damar telah memiliki seorang pendamping. Dia teman
seangkatan namun berbeda jurusan, dia bernama Maurine S Wijaya. Dia tidak
merasa cemburu dengan kedekatanku bersama Damar. Karena dia tahu kalau kita
berdua sudah bersahabat sejak lama.
Qoute :
“Kebesaran
hati adalah tanda bijaksana”
Back song : Soulmate
– Kahitna.
No comments:
Post a Comment