Siang
itu, Noumira bersama teman-temannya sedang berkumpul di kantin. Tiba-tiba saja
Tora datang menghampirinya dengan membawa makanan favoritnya, baso tahu dan
orange juice. Noumira tidak begitu suka saat Tora duduk di sebelahnya.
“Hai cantik !! Aku bawain makanan
favorit kamu nih .. jadi kamu ngga usah pesen lagi” ucap Tora sambil
menyodorkan makanan.
“Apaan sih? Kenapa kamu ganggu aku
terus? Aku ngga suka !!” bentak Noumira.
“Pergi deh.. kamu denger ngga sih
apa yang di bilang Mira?” ucap Tasya.
“Suka-suka aku dong mau ngapain
juga. Tunggu aja ra, aku ngga akan nyerah untuk ngadeketin kamu” ujar Tora
sambil menunjuk Noumira.
Melihat ada gelagat yang aneh dari
Tora, Noumira tidak lagi pulang naik angkot. Dia lebih sering minta di antar
dan di jemput supir pribadinya. Sepulang sekolah, Noumira mengikuti les privat
di salah satu bimbingan belajar di dekat sekolahnya. Saat turun dari mobil,
tiba-tiba ada mobil yang sedang parkir yang tak sengaja menyerempet tubuhnya
hingga tersungkur ke kubangan air hujan. Sontak dia langsung menggedor-gedor
kaca mobil yang menyerempetnya itu.
“Buka.. cepet buka ngga” ucap
Noumira sambil menggedor-gedor kaca mobil.
Dan yang mempunyai mobil itu keluar
dengan membawa handuk. “Maaf..maaf.. aku ngga sengaja. Ini handuk untuk
membersihkan baju kamu.”
“Maaf..maaf..maaf. kamu ngga lihat
baju aku kotor kaya gini? Kamu bisa nyetir ngga sih? Udah punya SIM? Parkir
mobil aja belum bisa!” bentak Noumira sambil marah-marah.
“Aku kan udah minta maaf. Aku ngga sengaja.
Ngga usah marah-marah gitu dong. Aku duluan ya? Udah terlambat nih!”
“Hai.. jangan pergi gitu aja...
Tanggung jawab dong... Nama kamu siapa?” teriak Noumira.
“Da..mar”
Untung saja Noumira membawa pakaian
ganti. Dia segera berganti pakaian di toilet karena dia sudah terlambat hampir
15 menit gara-gara kejadian itu. Dia berlari menuju ruang kelas dengan nafas
yang terengah-engah. Tanpa dia sadari bahwa
Damar sekelas dan duduk di sampingnya.
“Sorry, Sir, I come late” ucap
Noumira.
“Come in and sit beside him” kata
Mr. Augi sambil menunjuk Damar.
“Thank you”
Disela-sela pengerjaan soal, Damar
menuliskan permintaan maafnya pada secarik kertas. Noumira tak merespon
sedikitpun. Baginya itu sama saja mengganggu konsentrasinya. Setelah bimbel
usai. Noumira berlalu begitu saja meninggalkan Damar.
“Hai.. tunggu” seru Damar sambil
berlari dan menepuk pundaknya.
“Apaan sih?”
“Tunggu sebentar. Aku mau minta maaf
sama kamu. Kamu masih marah sama aku?” tanya Damar.
“Kamu ngeliatnya gimana? Jelaslah
aku masih marah. Kamu belum tanggung jawab sama perlakuan kamu tadi sore.”
“Jadi mau kamu apa?” tanya Damar.
“Mau aku? Kamu harus nyuci semua
baju aku yang kotor dan kamu harus jemput aku besok di rumah jam 06.15 pagi.
Ngga boleh terlambat! Ok..”
“Yang bener aja dong? Masa aku harus
nyuci baju kamu? Jadi aku harus gantiin supir kamu gitu? Aku kan ngga tahu
alamat rumah kamu?” gerutu Damar.
“Kamu ngga boleh nyuruh pembantu
kamu!. Usaha dong mar.. cari tahu sendiri. Pa Syam, jangan di kasih tahu!”
“Baik mba” jawab Pa Syam.
“Ok. Aku terima tantangan kamu.
Kalau dengan cara ini kamu mau maafin aku.”
“Gitu dong. Thank you Damar.
Sering-sering aja kamu kaya gini. Hahaha“ ucap Noumira sambil melambaikan
tangannya pada Damar.
Noumira puas sekali membalas
perilaku Damar yang sudah membuatnya malu di depan teman-teman lesnya. Justru
Damar yang terlihat kebingungan harus bertanya pada siapa untuk mencari alamat
rumah Noumira. Padahal dia belum tahu siapa nama gadis itu.
“Maaf bu, saya mau bertanya, apakah
ibu mengenal gadis yang tadi pakaiannya penuh lumpur?” tanya Damar pada bagian
resepsionis.
“Gadis itu bernama Noumira Azzalea
Putri. Ada apa mas tanya mengenai mba Noumira?”
“Bolehkah saya meminta alamat
rumahnya bu? Saya mau mengembalikan pakaiannya yang kotor ini” jawab Damar.
“Sebentar ibu cari dahulu.”
“Iya, bu.”
“Alamatnya di perumahan Batununggal”
“Terima Kasih, bu.”
“Sama-sama, mas.”
Setelah mengetahui alamat rumah
Noumira, Damar bergegas untuk meuju ke rumahnya. Dia ingin memastikan apakah
itu benar rumah Noumira. Di dekat pos satpam, dia turun dan bertanya mengenai
kebenaran alamat itu.
“Permisi pa, saya mau bertanya
apakah alamat ini benar-benar rumah Noumira?”
“Mba Noumira yang cantik itu ya
mas?”
“Cantik? Yang ada dia nyebelin Pa.
Mungkin yang itu.”
“Coba saja mas ke rumahnya. Untuk
memastikan.”
“Justru itu saya tanya sama Bapa.
Gimana sih Bapa ini? Ya sudah besok pagi saya kesini lagi. Terima kasih Pa”
“Sama-sama mas.”
Keesokan harinya, Damar kembali lagi
ke komplek rumah Noumira. Sekarang dia langsung menunggu di depan rumahnya.
Sambil mengamati, dia tidak mau turun dari mobil. Tiba-tiba saja Noumira sudah
berada di samping kaca mobilnya.
“On time. Tahu dari siapa alamat
rumah aku? Udah sarapan belum?” tanya Noumira.
“Jelas tahu. Aku kan punya mulut
untuk tanya sama orang-orang. Ngga kaya kamu, pelit. Mana sempet aku makan. Aku
langsung kesini, Olive..” ujar Damar.
“Apa kamu bilang? Pelit? Olive?”
bentak Noumira.
“Iya. Kamu itu pelit. Mirip olive
lagi. Cungkring, rambutnya dikuncir terus. Hahaha’’
“Damar Devil... ini sarapan dari
mami. Tadi dia kasih aku ini untuk kamu. Ayo berangkat. Nanti kita terlambat
lagi” ajak Noumira.
“Makasih ya? Bilangin sama mami
kamu. Emang kamu sekolah dimana? Aku kan belum tau?” tanya Damar.
“SMA 8. Tau kan?”
“Kamu sekolah disana? Kenapa aku
ngga tau ya?”
“Jadi kita satu sekolah? Kebetulan
banget sih? Sering-sering aja jemput aku. Ok..ok”
“Itu sih mau kamu. Huuuu...”
Selama diperjalanan mereka asyik
berbincang tanpa mereka sadari bahwa mereka sudah sampai di parkiran sekolah.
Tampak dari kejauhan Tora mengamati Noumira dan Damar. Dia tidak suka melihat
ini. Dia mencari tahu ada hubungan apa sebenarnya antara mereka berdua. Noumira
tetap saja tidak pernah menghiraukan Tora.
“Mel, kamu tahu ngga ada hubungan
apa antara Noumira dengan Damar? Tadi pagi aku melihat mereka berdua turun dari
mobil Damar” jelas Tora.
“Mana aku tahu. Noumira belum cerita
apapun. Ngapain sih kamu tanya-tanya segala? Kamu jealous ya? Ngaku deh?” tanya Melly.
“Ngga. Sapa juga yang jealous. Aku cuma pengen tahu aja.”
Melly yang mendengar hal itu
langsung bertanya pada Noumira mengenai kebenaran kabar itu. Dia mendapat
penjelasan bahwa merka berdua tidak ada hubungan apapun, melainkan hanya ada
kejadian memalukan yang membuat mereka jadi dekat seperti ini. Tora kembali
mengganggu Noumira seperti biasanya. Kali ini sudah habis kesabarannya untuk
tidak meladeni lagi ocehan-ocehan Tora.
“Ra, apa sih mau kamu? Dari kemarin
ganggu aku terus? Aku punya salah apa sama kamu? Jujur, aku risih banget setiap
saat kamu ganggu aku” kata Noumira.
“Aku pengen jadi temen kamu ra. Kamu
sih yang cuek sama aku. Aku juga berbuat seperti ini supaya kamu memperhatikan aku. Beneran deh aku ngga
punya niat jelek sama kamu” ujar Tora.
“Bukannya kita udah jadi temen ya?”
“Iya, tapi kamu itu yang ketus sama
aku. Kenapa perlakuan kamu sama yang lain biasa aja? Ngga adil Ra?” tanya Tora.
“Terserah aku dong mau gimana juga.
Jadi mau kamu aku harus perlakuin hal yang sama kaya mereka? It’s ok. I hope you
never disturb me like before!”
“Ok. Fine.”
Mulai hari ini, Noumira pulang pergi
di jemput sama Damar. Kebetulan rumah mereka searah dan berada di tempat bimbel
yang sama. Awalnya Noumira sempat tidak menyukai sikap Damar yang cuek dan
tidak bertanggung jawab. Ternyata dugaan dia salah. Karena terbiasa bersama
dengannya. Perasaannya mulai berubah. Dia selalu nervous setiap berada di dekat
Damar. Mungkin benar apa kata pepatah Jawa yang mengatakan bahwa “Witing tresna
jalaran saka kulina”. Lama-kelamaan dia mulai mengagumi Damar.
Begitu pula dengan Damar, dia juga
merasakan sesuatu yang berbeda dengan perasaannya. Kini dia mulai canggung
untuk berbicara berdua dengan Noumira. Pada saat Porak, Damar berniat
menyatakan perasaannya kepada Noumira. Namun hal itu terhambat karena Damar
melihat Noumira sedang ngobrol berdua dengan Tora. Padahal yang dia tahu kalau
Noumira sempat bermusuhan dengan Tora. Semenjak melihat kejadian itu, Damar
mulai menjauhi Noumira. Bahkan dia harus pindah sekolah ke Pelita Harapan karena
ayahnya dipindah tugaskan ke Tangerang. Dia sengaja tidak berpamitan kepada
Noumira. Dia tidak mau melihat Noumira menangis.
Selama beberapa hari ini, Noumira
mencari-cari Damar di tempat bimbel, di sekolah bahkan dia mendatangi rumahnya.
Dia sungguh kecewa mengapa Damar pergi begitu saja tanpa memberitahukan
padanya. Dia mencoba menelepon dan sms, tak ada
balasan juga darinya. Dia bingung harus mencari Damar kemana lagi. Dia
juga merenung apakah aku salah selama ini? Sehingga dia pergi meninggalkannya
seperti ini.
Tora yang mengetahui hal ini
langsung datang menghibur suasana hati Noumira yang sedang sedih. Namun
usahanya masih belum juga berhasil. Tora tidak mnyerah untuk membuat Noumira
tersenyum kembali. Pada hari ulang tahunnya, Tora berniat membuat surprice
party untuk Noumira. Dia bekerja sama dengan seluruh keluarga dan teman-teman
dekatnya. selama di sekolah, tak ada satupun teman yanng menegurnya. Biasanya
mereka semua menegurnya dengan ramah. Justru kini keadaannya menjadi berbalik.
Noumira dijauhi oleh teman-temannya. Dia merasa kesal sekali. Dia berlari ke
taman sambil memandangi foto Damar. Dia berandai-andai kalau Damar berada di
sisinya mungkin dia tidak akan merasa sendiri seperti ini.
“Assalamualaikum.. Pa Syam ada
dimana? Ira udah di depan gerbang sekolah. Pa Syam jemput ya? Ira tunggu
disini” ucap Noumira.
“Waalaikumsalam. Maaf mbak, bapak
disuruh jemput tamunya ibu di bandara. Tadi ibu pesen kalau mbak Ira telepon
suruh pulang naik angkot. Maaf mbak.”
“Kenapa bapak ngga telepon dari
tadi. Jadi Ira ngga nunggu bapak kaya gini. Iya..iya.. Ira pulang naik angkot.”
Dengan perasaan yang penuh kesal,
Noumira pulang naik angkot. Sampai di depan pasar, dia memutuskan untuk turun
dan berjalan kaki menuju rumah. Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa pulang
sendiri. Sesampainya di rumah, dia merasa ada yang aneh. Suasana rumah menjadi
sepi. Begitu dia membuka pintu, tiba-tiba terdengar teriakan yang mengejutkan
dari balik pintu.
“Surprice... happy birthday sayang”
ucap Mami Neira sambil memeluk Noumira.
“Mami jahat. Kenapa sih Ira nggak
boleh di jemput Pa Syam? Pa Syam juga, tega bohongin Ira” ucap Noumira sambil
meneteskan air mata.
“Udah dong Princess, jangan nangis
lagi. Cantiknya ilang deh” seru Tora.
“Maksud kamu apa panggil aku
Princess?” tanya Noumira.
“Sekarang kamu make a wish dulu.
Tiup lilinnya, ntar aku jelasin sama kamu” jawab Tora.
“Tiup lilinnya sayang. Semua ini
yang bikin Tora lho..” kata Mami Neira.
“Udah. Tadi mami bilang kalau ini
semua Tora yang rencanain?” tanya Noumira.
“Iya. Dia ngga mau ngeliat kamu
sedih lagi. Jadi dia bikin semua ini untuk kamu.”
Mendengar penjelasan dari mami,
pikiran Noumira mulai terbuka. Jadi selama ini Tora menyimpan suatu perasaan
untuk aku. Kemana saja aku ini? Ada orang yang begitu perhatian sama aku, tapi
aku mengharapkan seseorang yang belum tentu suka sama aku. Noumira segera
meminta penjelasan pada Tora maksud dari semua ini. Dia mengajak Tora ke
halaman belakang.
“Mohon kamu jelasin semuanya sama
aku? Kenapa kamu panggil aku Princess?”
“Aku paling ngga tega ngeliat
seorang perempuan menangis. Jadi aku sengaja bikin semua ini untuk kamu. Dan
buktinya kamu udah bisa tersenyum seperti dulu. Aku tahu kamu kecewa karena
Damar pergi ninggalin kamu, tapi perlu kamu tahu kalau aku udah sayang sama
kamu dari awal aku ketemu kamu di depan gerbang sekolah. Dari situ aku sering
gangguin kamu. Ra, kamu mau jadi pacar aku?” tanya Tora.
“Kamu ngga lagi bercanda kan? Pasti
ini Cuma akal-akalan kamu supaya kamu bisa deket lagi sama aku. Iya, kan? Ngaku
deh!”
“Ra,
aku serius sama kamu. Aku ngga mau kamu sedih terus. Kalau Damar emang suka
sama kamu, harusnya dia berani dong bilang sama kamu dan ngga ninggalin kamu
kaya gini?” ujar Tora.
“Okay!
Asalkan kamu merubah sikap kamu yang super usil dan pecicilan itu. Apalagi
sampe kamu ngga masuk sekolah tanpa alasan yang jelas.”
“Iya. Jadi kamu mau jadi pacar aku?”
tanya Tora untuk yang kedua kalinya.
“Emmm... Aku ngga bisa nolak kamu
Ra” ucap Noumira.
“Tante.... Aku akan sering-sering
main kesini. Tante, aku pamit pulang ya? Bye tante. Assalamualaikum..”
“Ra, kamu ngobrol apa aja sama Tora?
Kelihatannya dia senang sekali. Sampai dia bilang kalau dia akan sering main
kesini.”
“Sekarang kita udah ngga marahan
lagi mam. Kita udah pacaran. Barusan dia nyatain perasaannya sama Ira” jawab
Noumira sambil tersipu.
“O ya? Damar gimana sayang? Bukannya
kamu deket sama dia?” tanya Mami Neira.
“Iya, mam. Udah deh mam, ngga usah
ungkit-ungkit Damar lagi. Ira sendiri sempet bingung sama perasaan Ira.
Sekarang Ira udah pilih Tora, berarti Ira siap dengan segala konsekuensinya.”
“Sekarang anak mami udah tambah
dewasa.
Tak terasa pengumuman kelulusan dua
hari lagi. Noumira sudah tercatat sebagai mahasiswi kedokteran di salah satu
perguruan tinggi ternama di kota Bandung. Begitupun dengan Tora yang telah di
terima di jurusan teknik di perguruan tinggi yang ada di Depok. Noumira masih berharap
untuk dapat bertemu dengan Damar.
Hari yang di tunggu telah tiba. Pagi
itu, Pa Syam yang menerima surat kelulusan dari sekolah Noumira. Noumira yang
masih tertidur langsung terbangun ketika Pa Syam memanggil-manggil namanya. Dia
sontak langsung turun ke ruang tamu.
“Ada apa pa? Surat dari sekolah?”
tanya Noumira.
“Iya mba. Ini surat dari sekolah mba
Ira” jawab Pa Syam seraya memberikan surat itu pada Noumira.
Noumira langsung membuka isi surat
itu. Dan isinya bertuliskan bahwa dia lulus ujian. Dia senangnya bukan main.
Dia langsung mengambil air wudlu dan solat guna berterima kasih kepada Allah
atas kebahagiaan yang dia peroleh. Mami Neira bangga melihat perubahan perilaku
anaknya itu.
Saat Noumira berencana mengirimkan
e-mail kepada ayahnya yang berada di Jerman, dia melihat ada e-mail yang masuk
di inbox. Ketika di buka ternyata e-mail itu dari Damar. Perasaan Noumira
menjadi goyah kembali. Ternyata apa yang dia harapkan terbukti nyata terjadi.
Dia membaca e-mail dari Damar.
From
|
:
|
Damar
Prasetyo
|
Subject
|
:
|
Lama
tak bersua
|
Assalamualaikum....
Apa kabar ra? Lama juga kita tak
bersua. Maafkan aku tidak berpamitan terlebih dulu padamu saat aku pindah. Dan
maafkan aku karena tidak membalas sms atau mengangkat telepon darimu.
Sungguh saat itu kondisinya tidak
memungkinkan untuk aku. Aku begitu berat untuk meninggalkan kamu. Saat porak,
aku melihat kedekatan kamu dengan Tora, aku mengira bahwa kamu berpacaran
dengannya. Sehingga aku mengurungkan niatku untuk menyampaikan ini. Sebenernya
aku sayang sama kamu ra. Sudah lama aku menyimpan semua ini. Aku ragu kalau
kamu juga punya perasaan yang sama seperti aku. Dan mungkin kamu juga
bertanya-tanya, mengapa aku baru mengatakan hal ini sekarang? Bukannya aku tak
memiliki keberanian, tapi saat itu aku merasa kecewa ternyata kamu sudah
berpacaran dengan Tora.
Sudahlah tak usah di bahas kembali.
Ra, sekarang aku sudah kembali ke Bandung. Aku diterima di perguruan tinggi
yang sama dengan kamu. Aku sempat melihat nama kamu di web kampus. Dan aku
merasa senang akan bertemu lagi denganmu. Mungkin aku akan mampir ke rumah bila
ada waktu luang.
Damar
Prasetyo J
Setelah
membaca e-mail dari Damar, matanya berkaca-kaca. Ternyata dugaan dia selama ini
itu memang benar. Dan yang mengherankan adalah mengapa dia berfikiran saat itu
aku berpacaran dengan Tora? Padahal saat itu kami sedang berdiskusi biasa. Aku
bingung harus bagaimana sekarang? Sosok yang dulu aku tunggu hadir kembali
dalam kehidupanku secara mendadak. Saat itu juga aku balas e-mail dari Damar.
To
|
:
|
Noumira Azzalea Putri
|
Subject
|
:
|
Re : Lama tak bersua
|
Waalaikumsalam...
Alhamdulillah kabar aku baik. aku
sempat bingung mencari kamu kesana-kemari. Karena kamu tak sedikitpun bercerita
mengenai kepindahanmu.
Kamu salah paham saat itu. Saat porak
aku memang bersama dengan Tora, aku sedang berdiskusi mengenai strategi yang
akan di gunakan untuk pertandingan basket. Kamu salah paham mar. Dulu aku
pernah ada sedikit rasa kagum terhadapmu. Itu sudah lama sekali mar. Kondisi
aku juga sudah tidak seperti dulu lagi. Tapi mengapa kamu baru mengatakannya
saat ini? Di saat aku sudah bersama dengan Tora. Kenapa kamu tidak
mengatakannya dulu? Aku menghargai perasaanmu mar. Mungkin bukan saat ini
momennya. Bila Allah menakdirkan aku denganmu, pasti kita akan dipertemukan
kembali dalam suasana yang indah. Dan aku yakin itu.
Aku mohon kamu mengerti perasaan aku
ini...
Olive,
Noumira Azzalea Putri
Aku merahasiakan
semua ini dari Tora aku tidak ingin hatinya terluka. Aku tidak mau dia berpikir
bahwa aku berselingkuh dibelakangnya. Sebenarnya dia memang mengetahui kalau
akudulu aku sempat dekat dengan Damar. Hanya saja waktunya yang belum tepat
untuk aku menceritakannya pada Tora. Biarkanlah hatiku yang terluka untuk saat
ini.
Aku membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk menenangkan perasaanku ini. Setelah solat istikharah berulang kali,
aku mendapat sebuah pencerahan mengenai pilihan yang akan aku ambil. Pada suatu
malam di bulan Desember, aku mengundang mereka berdua untuk makan malam bersama
di rumah. Dan untuk pertama kalinya aku bertemu kembali dengan Damar. Perasaan
canggung yang tak terbendung mulai menggelayuti hatiku. Disana aku berada dalam
posisi dimana aku harus menentukan pilihan, apakah teman atau kekasihku?.
No comments:
Post a Comment