Friday 30 August 2013

Teman Atau Kekasih

Mungkin teman-teman sudah membaca cerita ini beberapa bulan yang lalu. Saya akan re-post kembali cerpen yang sudah saya buat sekitar dua tahun yang lalu..



Siang itu, Noumira bersama teman-temannya sedang berkumpul di kantin. Tiba-tiba saja Tora datang menghampirinya dengan membawa makanan favoritnya, baso tahu dan orange juice. Noumira tidak begitu suka saat Tora duduk di sebelahnya.
            “Hai cantik !! Aku bawain makanan favorit kamu nih .. jadi kamu ngga usah pesen lagi” ucap Tora sambil menyodorkan makanan.
            “Apaan sih? Kenapa kamu ganggu aku terus? Aku ngga suka !!” bentak Noumira.
            “Pergi deh.. kamu denger ngga sih apa yang di bilang Mira?” ucap Tasya.
            “Suka-suka aku dong mau ngapain juga. Tunggu aja ra, aku ngga akan nyerah untuk ngadeketin kamu” ujar Tora sambil menunjuk Noumira.
            Melihat ada gelagat yang aneh dari Tora, Noumira tidak lagi pulang naik angkot. Dia lebih sering minta di antar dan di jemput supir pribadinya. Sepulang sekolah, Noumira mengikuti les privat di salah satu bimbingan belajar di dekat sekolahnya. Saat turun dari mobil, tiba-tiba ada mobil yang sedang parkir yang tak sengaja menyerempet tubuhnya hingga tersungkur ke kubangan air hujan. Sontak dia langsung menggedor-gedor kaca mobil yang menyerempetnya itu.
            “Buka.. cepet buka ngga” ucap Noumira sambil menggedor-gedor kaca mobil.
            Dan yang mempunyai mobil itu keluar dengan membawa handuk. “Maaf..maaf.. aku ngga sengaja. Ini handuk untuk membersihkan baju kamu.”
            “Maaf..maaf..maaf. kamu ngga lihat baju aku kotor kaya gini? Kamu bisa nyetir ngga sih? Udah punya SIM? Parkir mobil aja belum bisa!” bentak Noumira sambil marah-marah.
            “Aku kan udah minta maaf. Aku ngga sengaja. Ngga usah marah-marah gitu dong. Aku duluan ya? Udah terlambat nih!”
            “Hai.. jangan pergi gitu aja... Tanggung jawab dong... Nama kamu siapa?” teriak Noumira.
            “Da..mar”
            Untung saja Noumira membawa pakaian ganti. Dia segera berganti pakaian di toilet karena dia sudah terlambat hampir 15 menit gara-gara kejadian itu. Dia berlari menuju ruang kelas dengan nafas yang terengah-engah. Tanpa dia sadari bahwa  Damar sekelas dan duduk di sampingnya.
            “Sorry, Sir, I come late” ucap Noumira.
            “Come in and sit beside him” kata Mr. Augi sambil menunjuk Damar.
            “Thank you”
            Disela-sela pengerjaan soal, Damar menuliskan permintaan maafnya pada secarik kertas. Noumira tak merespon sedikitpun. Baginya itu sama saja mengganggu konsentrasinya. Setelah bimbel usai. Noumira berlalu begitu saja meninggalkan Damar.
            “Hai.. tunggu” seru Damar sambil berlari dan menepuk pundaknya.
            “Apaan sih?”
            “Tunggu sebentar. Aku mau minta maaf sama kamu. Kamu masih marah sama aku?” tanya Damar.
            “Kamu ngeliatnya gimana? Jelaslah aku masih marah. Kamu belum tanggung jawab sama perlakuan kamu tadi sore.”
            “Jadi mau kamu apa?” tanya Damar.
            “Mau aku? Kamu harus nyuci semua baju aku yang kotor dan kamu harus jemput aku besok di rumah jam 06.15 pagi. Ngga boleh terlambat! Ok..”
            “Yang bener aja dong? Masa aku harus nyuci baju kamu? Jadi aku harus gantiin supir kamu gitu? Aku kan ngga tahu alamat rumah kamu?” gerutu Damar.
            “Kamu ngga boleh nyuruh pembantu kamu!. Usaha dong mar.. cari tahu sendiri. Pa Syam, jangan di kasih tahu!”
            “Baik mba” jawab Pa Syam.
            “Ok. Aku terima tantangan kamu. Kalau dengan cara ini kamu mau maafin aku.”
            “Gitu dong. Thank you Damar. Sering-sering aja kamu kaya gini. Hahaha“ ucap Noumira sambil melambaikan tangannya pada Damar.
            Noumira puas sekali membalas perilaku Damar yang sudah membuatnya malu di depan teman-teman lesnya. Justru Damar yang terlihat kebingungan harus bertanya pada siapa untuk mencari alamat rumah Noumira. Padahal dia belum tahu siapa nama gadis itu.
            “Maaf bu, saya mau bertanya, apakah ibu mengenal gadis yang tadi pakaiannya penuh lumpur?” tanya Damar pada bagian resepsionis.
            “Gadis itu bernama Noumira Azzalea Putri. Ada apa mas tanya mengenai mba Noumira?”
            “Bolehkah saya meminta alamat rumahnya bu? Saya mau mengembalikan pakaiannya yang kotor ini” jawab Damar.
            “Sebentar ibu cari dahulu.”
            “Iya, bu.”
            “Alamatnya di perumahan Batununggal”
            “Terima Kasih, bu.”
            “Sama-sama, mas.”
            Setelah mengetahui alamat rumah Noumira, Damar bergegas untuk meuju ke rumahnya. Dia ingin memastikan apakah itu benar rumah Noumira. Di dekat pos satpam, dia turun dan bertanya mengenai kebenaran alamat itu.
            “Permisi pa, saya mau bertanya apakah alamat ini benar-benar rumah Noumira?”
            “Mba Noumira yang cantik itu ya mas?”
            “Cantik? Yang ada dia nyebelin Pa. Mungkin yang itu.”
            “Coba saja mas ke rumahnya. Untuk memastikan.”
            “Justru itu saya tanya sama Bapa. Gimana sih Bapa ini? Ya sudah besok pagi saya kesini lagi. Terima kasih Pa”
            “Sama-sama mas.”
            Keesokan harinya, Damar kembali lagi ke komplek rumah Noumira. Sekarang dia langsung menunggu di depan rumahnya. Sambil mengamati, dia tidak mau turun dari mobil. Tiba-tiba saja Noumira sudah berada di samping kaca mobilnya.
            “On time. Tahu dari siapa alamat rumah aku? Udah sarapan belum?” tanya Noumira.
            “Jelas tahu. Aku kan punya mulut untuk tanya sama orang-orang. Ngga kaya kamu, pelit. Mana sempet aku makan. Aku langsung kesini, Olive..” ujar Damar.
            “Apa kamu bilang? Pelit? Olive?” bentak Noumira.
            “Iya. Kamu itu pelit. Mirip olive lagi. Cungkring, rambutnya dikuncir terus. Hahaha’’
            “Damar Devil... ini sarapan dari mami. Tadi dia kasih aku ini untuk kamu. Ayo berangkat. Nanti kita terlambat lagi” ajak Noumira.
            “Makasih ya? Bilangin sama mami kamu. Emang kamu sekolah dimana? Aku kan belum tau?” tanya Damar.
            “SMA 8. Tau kan?”
            “Kamu sekolah disana? Kenapa aku ngga tau ya?”
            “Jadi kita satu sekolah? Kebetulan banget sih? Sering-sering aja jemput aku. Ok..ok”
            “Itu sih mau kamu. Huuuu...”
            Selama diperjalanan mereka asyik berbincang tanpa mereka sadari bahwa mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Tampak dari kejauhan Tora mengamati Noumira dan Damar. Dia tidak suka melihat ini. Dia mencari tahu ada hubungan apa sebenarnya antara mereka berdua. Noumira tetap saja tidak pernah menghiraukan Tora.
            “Mel, kamu tahu ngga ada hubungan apa antara Noumira dengan Damar? Tadi pagi aku melihat mereka berdua turun dari mobil Damar” jelas Tora.
            “Mana aku tahu. Noumira belum cerita apapun. Ngapain sih kamu tanya-tanya segala? Kamu jealous ya? Ngaku deh?” tanya Melly.
            “Ngga. Sapa juga yang jealous. Aku cuma pengen tahu aja.”
            Melly yang mendengar hal itu langsung bertanya pada Noumira mengenai kebenaran kabar itu. Dia mendapat penjelasan bahwa merka berdua tidak ada hubungan apapun, melainkan hanya ada kejadian memalukan yang membuat mereka jadi dekat seperti ini. Tora kembali mengganggu Noumira seperti biasanya. Kali ini sudah habis kesabarannya untuk tidak meladeni lagi ocehan-ocehan Tora.
            “Ra, apa sih mau kamu? Dari kemarin ganggu aku terus? Aku punya salah apa sama kamu? Jujur, aku risih banget setiap saat kamu ganggu aku” kata Noumira.
            “Aku pengen jadi temen kamu ra. Kamu sih yang cuek sama aku. Aku juga berbuat seperti ini supaya  kamu memperhatikan aku. Beneran deh aku ngga punya niat jelek sama kamu” ujar Tora.
            “Bukannya kita udah jadi temen ya?”
            “Iya, tapi kamu itu yang ketus sama aku. Kenapa perlakuan kamu sama yang lain biasa aja? Ngga adil Ra?” tanya Tora.
            “Terserah aku dong mau gimana juga. Jadi mau kamu aku harus perlakuin hal yang sama kaya mereka? It’s ok. I hope you never disturb me like before!”
            “Ok. Fine.”
            Mulai hari ini, Noumira pulang pergi di jemput sama Damar. Kebetulan rumah mereka searah dan berada di tempat bimbel yang sama. Awalnya Noumira sempat tidak menyukai sikap Damar yang cuek dan tidak bertanggung jawab. Ternyata dugaan dia salah. Karena terbiasa bersama dengannya. Perasaannya mulai berubah. Dia selalu nervous setiap berada di dekat Damar. Mungkin benar apa kata pepatah Jawa yang mengatakan bahwa “Witing tresna jalaran saka kulina”. Lama-kelamaan dia mulai mengagumi Damar.
            Begitu pula dengan Damar, dia juga merasakan sesuatu yang berbeda dengan perasaannya. Kini dia mulai canggung untuk berbicara berdua dengan Noumira. Pada saat Porak, Damar berniat menyatakan perasaannya kepada Noumira. Namun hal itu terhambat karena Damar melihat Noumira sedang ngobrol berdua dengan Tora. Padahal yang dia tahu kalau Noumira sempat bermusuhan dengan Tora. Semenjak melihat kejadian itu, Damar mulai menjauhi Noumira. Bahkan dia harus pindah sekolah ke Pelita Harapan karena ayahnya dipindah tugaskan ke Tangerang. Dia sengaja tidak berpamitan kepada Noumira. Dia tidak mau melihat Noumira menangis.
            Selama beberapa hari ini, Noumira mencari-cari Damar di tempat bimbel, di sekolah bahkan dia mendatangi rumahnya. Dia sungguh kecewa mengapa Damar pergi begitu saja tanpa memberitahukan padanya. Dia mencoba menelepon dan sms, tak ada  balasan juga darinya. Dia bingung harus mencari Damar kemana lagi. Dia juga merenung apakah aku salah selama ini? Sehingga dia pergi meninggalkannya seperti ini.
            Tora yang mengetahui hal ini langsung datang menghibur suasana hati Noumira yang sedang sedih. Namun usahanya masih belum juga berhasil. Tora tidak mnyerah untuk membuat Noumira tersenyum kembali. Pada hari ulang tahunnya, Tora berniat membuat surprice party untuk Noumira. Dia bekerja sama dengan seluruh keluarga dan teman-teman dekatnya. selama di sekolah, tak ada satupun teman yanng menegurnya. Biasanya mereka semua menegurnya dengan ramah. Justru kini keadaannya menjadi berbalik. Noumira dijauhi oleh teman-temannya. Dia merasa kesal sekali. Dia berlari ke taman sambil memandangi foto Damar. Dia berandai-andai kalau Damar berada di sisinya mungkin dia tidak akan merasa sendiri seperti ini.
            “Assalamualaikum.. Pa Syam ada dimana? Ira udah di depan gerbang sekolah. Pa Syam jemput ya? Ira tunggu disini” ucap Noumira.
            “Waalaikumsalam. Maaf mbak, bapak disuruh jemput tamunya ibu di bandara. Tadi ibu pesen kalau mbak Ira telepon suruh pulang naik angkot. Maaf mbak.”
            “Kenapa bapak ngga telepon dari tadi. Jadi Ira ngga nunggu bapak kaya gini. Iya..iya.. Ira pulang naik angkot.”
            Dengan perasaan yang penuh kesal, Noumira pulang naik angkot. Sampai di depan pasar, dia memutuskan untuk turun dan berjalan kaki menuju rumah. Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa pulang sendiri. Sesampainya di rumah, dia merasa ada yang aneh. Suasana rumah menjadi sepi. Begitu dia membuka pintu, tiba-tiba terdengar teriakan yang mengejutkan dari balik pintu.
            “Surprice... happy birthday sayang” ucap Mami Neira sambil memeluk Noumira.
            “Mami jahat. Kenapa sih Ira nggak boleh di jemput Pa Syam? Pa Syam juga, tega bohongin Ira” ucap Noumira sambil meneteskan air mata.
            “Udah dong Princess, jangan nangis lagi. Cantiknya ilang deh” seru Tora.
            “Maksud kamu apa panggil aku Princess?” tanya Noumira.
            “Sekarang kamu make a wish dulu. Tiup lilinnya, ntar aku jelasin sama kamu” jawab Tora.
            “Tiup lilinnya sayang. Semua ini yang bikin Tora lho..” kata Mami Neira.
            “Udah. Tadi mami bilang kalau ini semua Tora yang rencanain?” tanya Noumira.
            “Iya. Dia ngga mau ngeliat kamu sedih lagi. Jadi dia bikin semua ini untuk kamu.”
            Mendengar penjelasan dari mami, pikiran Noumira mulai terbuka. Jadi selama ini Tora menyimpan suatu perasaan untuk aku. Kemana saja aku ini? Ada orang yang begitu perhatian sama aku, tapi aku mengharapkan seseorang yang belum tentu suka sama aku. Noumira segera meminta penjelasan pada Tora maksud dari semua ini. Dia mengajak Tora ke halaman belakang.
            “Mohon kamu jelasin semuanya sama aku? Kenapa kamu panggil aku Princess?”
            “Aku paling ngga tega ngeliat seorang perempuan menangis. Jadi aku sengaja bikin semua ini untuk kamu. Dan buktinya kamu udah bisa tersenyum seperti dulu. Aku tahu kamu kecewa karena Damar pergi ninggalin kamu, tapi perlu kamu tahu kalau aku udah sayang sama kamu dari awal aku ketemu kamu di depan gerbang sekolah. Dari situ aku sering gangguin kamu. Ra, kamu mau jadi pacar aku?” tanya Tora.
            “Kamu ngga lagi bercanda kan? Pasti ini Cuma akal-akalan kamu supaya kamu bisa deket lagi sama aku. Iya, kan? Ngaku deh!”  
“Ra, aku serius sama kamu. Aku ngga mau kamu sedih terus. Kalau Damar emang suka sama kamu, harusnya dia berani dong bilang sama kamu dan ngga ninggalin kamu kaya gini?” ujar Tora.
“Okay! Asalkan kamu merubah sikap kamu yang super usil dan pecicilan itu. Apalagi sampe kamu ngga masuk sekolah tanpa alasan yang jelas.”
            “Iya. Jadi kamu mau jadi pacar aku?” tanya Tora untuk yang kedua kalinya.
            “Emmm... Aku ngga bisa nolak kamu Ra” ucap Noumira.
            “Tante.... Aku akan sering-sering main kesini. Tante, aku pamit pulang ya? Bye tante. Assalamualaikum..”
            “Ra, kamu ngobrol apa aja sama Tora? Kelihatannya dia senang sekali. Sampai dia bilang kalau dia akan sering main kesini.”
            “Sekarang kita udah ngga marahan lagi mam. Kita udah pacaran. Barusan dia nyatain perasaannya sama Ira” jawab Noumira sambil tersipu.
            “O ya? Damar gimana sayang? Bukannya kamu deket sama dia?” tanya Mami Neira.
            “Iya, mam. Udah deh mam, ngga usah ungkit-ungkit Damar lagi. Ira sendiri sempet bingung sama perasaan Ira. Sekarang Ira udah pilih Tora, berarti Ira siap dengan segala konsekuensinya.”
            “Sekarang anak mami udah tambah dewasa.
            Tak terasa pengumuman kelulusan dua hari lagi. Noumira sudah tercatat sebagai mahasiswi kedokteran di salah satu perguruan tinggi ternama di kota Bandung. Begitupun dengan Tora yang telah di terima di jurusan teknik di perguruan tinggi yang ada di Depok. Noumira masih berharap untuk dapat bertemu dengan Damar.
            Hari yang di tunggu telah tiba. Pagi itu, Pa Syam yang menerima surat kelulusan dari sekolah Noumira. Noumira yang masih tertidur langsung terbangun ketika Pa Syam memanggil-manggil namanya. Dia sontak langsung turun ke ruang tamu.
            “Ada apa pa? Surat dari sekolah?” tanya Noumira.
            “Iya mba. Ini surat dari sekolah mba Ira” jawab Pa Syam seraya memberikan surat itu pada Noumira.
            Noumira langsung membuka isi surat itu. Dan isinya bertuliskan bahwa dia lulus ujian. Dia senangnya bukan main. Dia langsung mengambil air wudlu dan solat guna berterima kasih kepada Allah atas kebahagiaan yang dia peroleh. Mami Neira bangga melihat perubahan perilaku anaknya itu.
            Saat Noumira berencana mengirimkan e-mail kepada ayahnya yang berada di Jerman, dia melihat ada e-mail yang masuk di inbox. Ketika di buka ternyata e-mail itu dari Damar. Perasaan Noumira menjadi goyah kembali. Ternyata apa yang dia harapkan terbukti nyata terjadi. Dia membaca e-mail dari Damar.
From
:
Damar Prasetyo
Subject
:
Lama tak bersua

            Assalamualaikum....
          Apa kabar ra? Lama juga kita tak bersua. Maafkan aku tidak berpamitan terlebih dulu padamu saat aku pindah. Dan maafkan aku karena tidak membalas sms atau mengangkat telepon darimu.
          Sungguh saat itu kondisinya tidak memungkinkan untuk aku. Aku begitu berat untuk meninggalkan kamu. Saat porak, aku melihat kedekatan kamu dengan Tora, aku mengira bahwa kamu berpacaran dengannya. Sehingga aku mengurungkan niatku untuk menyampaikan ini. Sebenernya aku sayang sama kamu ra. Sudah lama aku menyimpan semua ini. Aku ragu kalau kamu juga punya perasaan yang sama seperti aku. Dan mungkin kamu juga bertanya-tanya, mengapa aku baru mengatakan hal ini sekarang? Bukannya aku tak memiliki keberanian, tapi saat itu aku merasa kecewa ternyata kamu sudah berpacaran dengan Tora.
          Sudahlah tak usah di bahas kembali. Ra, sekarang aku sudah kembali ke Bandung. Aku diterima di perguruan tinggi yang sama dengan kamu. Aku sempat melihat nama kamu di web kampus. Dan aku merasa senang akan bertemu lagi denganmu. Mungkin aku akan mampir ke rumah bila ada waktu luang.
Damar Prasetyo J
Setelah membaca e-mail dari Damar, matanya berkaca-kaca. Ternyata dugaan dia selama ini itu memang benar. Dan yang mengherankan adalah mengapa dia berfikiran saat itu aku berpacaran dengan Tora? Padahal saat itu kami sedang berdiskusi biasa. Aku bingung harus bagaimana sekarang? Sosok yang dulu aku tunggu hadir kembali dalam kehidupanku secara mendadak. Saat itu juga aku balas e-mail dari Damar.
To
:
Noumira Azzalea Putri
Subject
:
Re : Lama tak bersua

          Waalaikumsalam...
          Alhamdulillah kabar aku baik. aku sempat bingung mencari kamu kesana-kemari. Karena kamu tak sedikitpun bercerita mengenai kepindahanmu.
          Kamu salah paham saat itu. Saat porak aku memang bersama dengan Tora, aku sedang berdiskusi mengenai strategi yang akan di gunakan untuk pertandingan basket. Kamu salah paham mar. Dulu aku pernah ada sedikit rasa kagum terhadapmu. Itu sudah lama sekali mar. Kondisi aku juga sudah tidak seperti dulu lagi. Tapi mengapa kamu baru mengatakannya saat ini? Di saat aku sudah bersama dengan Tora. Kenapa kamu tidak mengatakannya dulu? Aku menghargai perasaanmu mar. Mungkin bukan saat ini momennya. Bila Allah menakdirkan aku denganmu, pasti kita akan dipertemukan kembali dalam suasana yang indah. Dan aku yakin itu.
          Aku mohon kamu mengerti perasaan aku ini...
Olive,
          Noumira Azzalea Putri

          Aku merahasiakan semua ini dari Tora aku tidak ingin hatinya terluka. Aku tidak mau dia berpikir bahwa aku berselingkuh dibelakangnya. Sebenarnya dia memang mengetahui kalau akudulu aku sempat dekat dengan Damar. Hanya saja waktunya yang belum tepat untuk aku menceritakannya pada Tora. Biarkanlah hatiku yang terluka untuk saat ini.
            Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menenangkan perasaanku ini. Setelah solat istikharah berulang kali, aku mendapat sebuah pencerahan mengenai pilihan yang akan aku ambil. Pada suatu malam di bulan Desember, aku mengundang mereka berdua untuk makan malam bersama di rumah. Dan untuk pertama kalinya aku bertemu kembali dengan Damar. Perasaan canggung yang tak terbendung mulai menggelayuti hatiku. Disana aku berada dalam posisi dimana aku harus menentukan pilihan, apakah teman atau kekasihku?.

No comments:

Post a Comment